Jumat 05 Jan 2024 15:45 WIB

Perajin Tahu Tempe di Kudus Mulai Bisa Beli Lagi Kedelai Impor

Stok kedelai tersendat sebab kapal pengirim terlambat berlabuh di Indonesia.

Pekerja menunjukkan kedelai di pabrik pembuatan tahu, Desa Ploso, Jati, Kudus, Jawa Tengah, Kamis (21/7/2022) (ilustrasi).
Foto: ANTARA/Yusuf Nugroho
Pekerja menunjukkan kedelai di pabrik pembuatan tahu, Desa Ploso, Jati, Kudus, Jawa Tengah, Kamis (21/7/2022) (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, KUDUS -- Dinas Perdagangan Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, memastikan bahwa stok kedelai impor sudah tersedia, setelah sempat langka akibat keterlambatan pengiriman dari luar negeri.

"Untuk saat ini, komoditas impor tersebut sudah tersedia. Meskipun jumlahnya belum banyak karena baru ada 30 ton, namun untuk sementara stok aman," kata Kepala Bidang Fasilitasi Perdagangan, Promosi, dan Perlindungan Konsumen Dinas Perdagangan Kabupaten Kudus Minan Muchammad.

Baca Juga

Tentunya, menurut dia, pemenuhan permintaan secara bertahap bisa kembali dipenuhi, sehingga para perajin tahu dan tempe bisa berproduksi lagi.

Manajer Primer Koperasi Tahu-Tempe Indonesia (Primkopti) Kabupaten Kudus, Amar Ma'ruf, membenarkan bahwa saat ini memang tersedia 30 ton kedelai impor. "Saya baru mendapatkan kiriman Rabu (3/1) sore. Namun, jumlahnya memang belum sebanyak seperti sebelumnya," ujarnya.

Informasinya, menurut dia, penambahan stok memang memungkinkan dipenuhi, meskipun kondisinya belum pulih seperti sebelumnya bisa dipenuhi berapapun permintaannya. Dengan stok kedelai 30 ton, bisa untuk memenuhi para perajin tahu dan tempe selama dua hari karena kebutuhan mereka per hari berkisar 15-20 ton.

Ia mengakui, stok kedelai tersendat sejak dua pekan terakhir yang disebabkan kapal yang mengangkut komoditas impor tersebut mengalami keterlambatan dalam pengiriman ke Tanah Air. Sementara itu kedelai lokal yang seharusnya bisa menjadi alternatif juga belum tersedia, sehingga produsen tahu dan tempe hanya mengandalkan komoditas impor tersebut.

Harga jual kedelai impor masih sama seperti sebelumnya, yakni Rp 12.000 per kilogram. 

 

sumber : ANTARA
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement