REPUBLIKA.CO.ID,TEHERAN – Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amirabdollahian mengatakan, kelompok Houthi Yaman akan terus menyerang kapal-kapal Israel yang melintasi Laut Merah. Hal itu disampaikan setelah Amerika Serikat (AS) dan Inggris melancarkan serangan militer ke Yaman sebagai respons atas serangan Houthi terhadap kapal-kapal milik Israel atau menuju pelabuhan Israel di Laut Merah.
“(Houthi) meyakinkan kami bahwa mereka tidak akan mengganggu keamanan maritim (di Laut Merah). Namun posisi mereka adalah bahwa mereka akan mengambil tindakan terhadap kapal-kapal Israel selama perang di Gaza terus berlanjut,” kata Amirabdollahian dalam konferensi pers di Teheran, Senin (15/1/2024), dikutip laman Al Arabiya.
Dia menekankan, serangan terhadap kapal Israel di Laut Merah hanya dapat dihentikan dengan mengakhiri perang di Gaza. “Solusinya adalah menghentikan perang dan genosida di Gaza,” ucapnya.
Amirabdollahian juga menegaskan bahwa AS tidak memiliki posisi moral untuk mendesak negara-negara lain menahan diri. Sebab AS, kata Amirabdollahian, mendukung Israel dan terlibat dalam pembunuhan warga Palestina di Gaza, serta melancarkan serangan militer ke Yaman. “Amerika tidak dapat membicarakan keinginannya untuk menghentikan perang dan pada saat yang sama mengambil tindakan terhadap Yaman,” ujarnya.
Pekan lalu, Houthi telah menyatakan akan membalas serangan militer AS dan Inggris ke Yaman. “Agresi Amerika dan Inggris tidak akan luput dari ganjaran,” kata Houthi dalam sebuah pernyataan, dikutip laman Middle East Monitor.
Pernyataan itu dirilis beberapa jam setelah AS melancarkan serangan kedua ke Yaman pada Sabtu (13/1/2024). “Agresi terang-terangan Amerika dan Inggris, yang datang untuk mendukung entitas Zionis, tidak akan menghalangi Yaman untuk melanjutkan operasi militernya melawan musuh Israel dan mencegah kapal-kapalnya serta kapal-kapal lain menuju pelabuhan-pelabuhan Palestina yang diduduki,” ungkap Houthi.
“Agresi ini, yang tentunya tidak akan terjadi tanpa hukuman dari angkatan bersenjata kami, menyoroti dampak signifikan dari operasi militer Yaman terhadap musuh Israel dan mencegah lewatnya kapal-kapal Yaman dan kapal-kapal lain dari negara lain yang membawa barang ke sana,” tambah Houthi dalam pernyataannya.
Pada Sabtu pekan lalu, AS kembali meluncurkan serangan ke Yaman. Seperti sebelumnya, serangan terbaru membidik situs atau fasilitas milik kelompok Houthi. Komando Pusat AS (CENTCOM) mengonfirmasi serangan tersebut di X (Twitter). “Pada pukul 03.45 (waktu Sanaa) tanggal 13 Januari, pasukan AS melakukan serangan terhadap situs radar Houthi di Yaman,” ungkap CENTCOM dalam unggahannya.
“Serangan ini dilakukan oleh USS Carney (DDG 64) dengan menggunakan Rudal Serangan Darat Tomahawk dan merupakan tindakan lanjutan terhadap sasaran militer tertentu yang terkait dengan serangan yang dilakukan pada 12 Januari yang dirancang untuk menurunkan kemampuan Houthi dalam menyerang kapal maritim, termasuk kapal komersial,” tambah CENTCOM.
Pada Kamis (11/1/2024), AS dan Inggris sudah melancarkan serangan udara ke beberapa wilayah di Yaman, termasuk ibu kota Sanaa. Mereka membidik fasilitas-fasilitas milik kelompok Houthi. Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin mengungkapkan, dalam serangan tersebut militer negaranya menargetkan fasilitas yang terkait dengan kendaraan udara tak berawak atau drone, rudal balistik dan jelajah, serta kemampuan radar pesisir dan pengawasan udara milik Houthi.
Sejak pertengahan 19 November 2023, kelompok Houthi telah meluncurkan puluhan serangan rudal dan drone ke kapal-kapal komersial yang melintasi Laut Merah. Houthi mengklaim mereka hanya membidik kapal-kapal milik atau menuju pelabuhan Israel. Serangan terhadap kapal-kapal tersebut merupakan bentuk dukungan Houthi terhadap perjuangan dan perlawanan Palestina.
Sejak Houthi aktif menyerang kapal-kapal di Laut Merah, sejumlah perusahaan kargo memutuskan untuk menghindari wilayah perairan tersebut. Perubahan jalur laut dengan menghindari pelayaran melintasi Laut Merah dapat menyebabkan penundaan pengiriman kargo dan memicu kenaikan ongkos pengiriman. Hal itu karena Laut Merah merupakan jalur terpendek antara Asia dan Eropa melalui Terusan Suez. Laut Merah adalah salah satu jalur laut yang paling sering digunakan di dunia untuk pengiriman minyak dan bahan bakar.
Pada 18 Desember 2023 lalu, Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin mengumumkan peluncuran Operation Prosperity Guardian (OPG). Dia mengatakan, OPG dibentuk sebagai respons atas serangan Houthi terhadap kapal-kapal komersial di Laut Merah. Negara-negara yang tergabung dalam satgas maritim OPG antara lain Inggris, Bahrain, Kanada, Prancis, Italia, Belanda, Norwegia, Seychelles, dan Spanyol. Sementara itu, kelompok Houthi menyampaikan, pembentukan satgas maritim oleh AS dan sekutunya tidak akan mengubah sikap serta dukungan mereka untuk Palestina.