Rabu 17 Jan 2024 19:35 WIB

Arab Saudi Siap Akui Israel Jika Palestina Juga Diakui Sebagai Negara Merdeka

Arab Saudi masih enggan normalisasi hubungan dengan Israel

Rep: Kamran Dikarma / Red: Nashih Nashrullah
Hubungan Israel-Arab Saudi. Arab Saudi masih enggan melakukan normalisasi hubungan dengan Israel
Foto: republika
Hubungan Israel-Arab Saudi. Arab Saudi masih enggan melakukan normalisasi hubungan dengan Israel

REPUBLIKA.CO.ID, BERN – Menteri Luar Negeri Arab Saudi Pangeran Faisal bin Farhan mengatakan, negaranya siap mengakui eksistensi Israel jika Palestina menjadi negara merdeka. 

Menurutnya, kemerdekaan Palestina akan membuka jalan bagi terciptanya perdamaian di kawasan. 

Baca Juga

“Kami sepakat bahwa perdamaian regional mencakup perdamaian bagi Israel. Namun hal itu hanya dapat terjadi melalui perdamaian bagi Palestina melalui negara Palestina,” kata Pangeran Faisal saat berpartisipasi dalam pertemuan Forum Ekonomi Dunia yang digelar di Davos, Swiss, Selasa (16/1/2024). 

Ketika ditanya apakah Arab Saudi akan mengakui Israel sebagai bagian dari perjanjian politik yang lebih luas, Pangeran Faisal menjawab, “Tentu saja.” 

Dia menambahkan, menjaga perdamaian regional melalui pembentukan negara Palestina adalah sesuatu yang sudah Arab Saudi kerjakan bersama pemerintah Amerika Serikat (AS). “Dan ini lebih relevan dalam konteks Gaza,” ujarnya. 

Pangeran Faisal mengatakan, ada jalan menuju masa depan yang lebih baik bagi kawasan, bagi Palestina, dan bagi Israel, yaitu perdamaian. 

Dia menegaskan, Arab Saudi berkomitmen penuh untuk mewujudkan hal tersebut. “Gencatan senjata di semua pihak harus menjadi titik awal bagi perdamaian permanen dan berkelanjutan, yang hanya dapat terjadi melalui keadilan bagi rakyat Palestina,” ucap Pangeran Faisal. 

Dalam sebuah wawancara radio dengan BBC pada 9 Januari 2024 lalu, Duta Besar Arab Saudi untuk Inggris Pangeran Khalid bin Bandar mengungkapkan, negaranya sudah hampir menyepakati normalisasi diplomatik dengan Israel sebelum pecahnya perang di Jalur Gaza pada 7 Oktober 2023. “(Kesepakatan normalisasi) sudah dekat, tidak ada keraguan,” ujarnya. 

Namun, Pangeran Khalid mengatakan, negaranya menghentikan pembicaraan normalisasi yang dimediasi Amerika Serikat setelah pecahnya perang di Gaza. 

Kendati demikian, Pangeran Khalid menyebut Saudi masih yakin untuk membangun hubungan dengan Israel meski jumlah korban akibat perang di Gaza sangat menyedihkan. 

 

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement