REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK – Badan PBB yang mempromosikan kesetaraan gender, UN Women, mengatakan, perempuan dan anak-anak merupakan korban utama dalam perang di Jalur Gaza. UN Women menyebut, jumlah perempuan dan anak-anak yang terbunuh di Gaza mencapai sekitar 16 ribu jiwa.
Dalam laporan yang dirilis pada Jumat (19/1/2024), setelah lebih dari 100 hari berlangsungnya perang di Gaza, UN Women mengungkapkan, setidaknya 3.000 perempuan mungkin menjadi janda dan kepala rumah tangga. Sementara setidaknya 10 ribu anak mungkin kehilangan ayah mereka.
UN Women menambahkan, dari 2,3 juta penduduk Gaza, 1,9 juta di antaranya mengungsi. “Hampir satu juta (pengungsi) adalah perempuan dan anak perempuan,” katanya. Direktur Eksekutif UN Women Sima Bahous mengaku sangat prihatin dengan kondisi perempuan dan anak-anak di Gaza.
“Perempuan dan anak-anak perempuan ini kehilangan keamanan, obat-obatan, layanan kesehatan, dan tempat tinggal. Mereka menghadapi kelaparan dan kelaparan yang akan segera terjadi. Yang terpenting, mereka kehilangan harapan dan keadilan,” katanya.
Bahous menekankan, diperlukan lebih banyak bantuan untuk sampai ke Gaza, terutama untuk perempuan dan anak-anak. Lebih dari itu, dia menegaskan perlunya untuk mengakhiri peperangan. “Ini adalah waktu untuk perdamaian. Kami berhutang budi pada semua perempuan dan anak perempuan Israel dan Palestina. Ini bukan konflik mereka. Mereka tidak lagi harus menanggung akibatnya,” ucapnya.
Saat ini perang Israel-Hamas masih berlangsung di Gaza. Lebih dari 24.760 warga Gaza sudah terbunuh sejak Israel meluncurkan agresinya pada 7 Oktober 2023. Sebagian besar dari korban meninggal adalah perempuan dan anak-anak. Sementara korban luka sudah melampaui 62 ribu orang.
Menurut PBB, 85 persen penduduk Gaza telah menjadi pengungsi di tengah kekurangan makanan, air bersih, dan obat-obatan. Sementara 60 persen infrastruktur di wilayah tersebut, termasuk di dalamnya fasilitas kesehatan dan rumah sakit, rusak atau hancur.