REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anak-anak seharusnya bisa menikmati masa kecil mereka tanpa menanggung beban dan tanggung jawab seperti orang dewasa. Hanya saja, tak semua anak beruntung untuk bisa merasakan masa kecil selayaknya anak-anak.
Sebagian anak-anak tumbuh dalam keluarga yang disfungsional. Mereka mungkin lahir dan dibesarkan oleh orang tua yang secara emosional masih kekanak-kanakan.
Kondisi tersebut biasanya akan memaksa anak untuk bertindak jauh lebih dewasa dari usia mereka. Meski masih anak-anak, tak jarang mereka harus memikul tanggung jawab seperti orang tua. Kondisi ini dikenal sebagai parentification (parentifikasi).
"(Parentifikasi adalah kondisi ketika) seorang anak diekspektasikan untuk memenuhi kebutuhan atau mencapai tahap perkembangan yang secara tahap perkembangan tidak sesuai (dengan usia)," terang terapis keluarga dan pernikahan dari Berkeley, Annie Wright, seperti dilansir Business Insider pada Selasa (23/1/2024).
Anak yang terparentifikasi biasanya dipaksa oleh keadaan untuk bisa memenuhi sejumlah tanggung jawab yang harusnya dilakukan oleh orang tua atau orang dewasa pada umumnya. Sebagai contoh, mengawasi adik-adik mereka tanpa pendampingan orang tua hingga bersikap seperti teman dan pendukung emosional untuk orang tua mereka.
Dampak dari parentifikasi pada anak biasanya akan terlihat ketika anak tersebut sudah beranjak dewasa. Berikut ini adalah enam dampak yang mungkin dialami oleh orang dewasa yang mengalami parentifikasi di masa kanak-kanak.
Merasa Semua Hal adalah Tanggung Jawabnya
Meminta anak untuk melakukan beberapa pekerjaan rumah tangga memang bisa memberikan manfaat. Akan tetapi, anak yang mengalami parentifikasi biasanya mengerjakan lebih banyak pekerjaan rumah tangga dibandingkan anak-anak seusia mereka.
Sebagai contoh, anak-anak yang mengalami parentifikasi diharapkan bisa memasak untuk semua keluarganya di usia yang sangat muda. Mereka juga diharapkan bisa membantu saudara-saudaranya untuk berganti pakaian.
Kondisi tersebut akan membuat mereka tumbuh dengan perasaan terbiasa untuk memikul tanggung jawab yang besar. Ketika dewasa, mereka bisa merasa bahwa mereka adalah satu-satunya orang yang bertanggung jawab atas kesejahteraan saudara dan orang tua mereka.
Mengabaikan Perasaan Sendiri
Anak yang terparentifikasi sering kali harus menampung keluh kesah dari orang tua mereka. Kondisi ini membuat anak-anak yang terparentifikasi harus bertindak sebagai penyedia kestabilan dan kenyamanan emosi bagi orang tua.
Anak-anak yang mengalami hal ini akan tumbuh besar tanpa memiliki banyak ruang untuk mengekspresikan perasaan dan emosi mereka sendiri. Seperti dilansir Psychology Today, anak-anak ini bisa tumbuh menjadi orang dewasa yang tidak tahu cara untuk mengekspresikan perasaan mereka dan cenderung memendam semua perasaan mereka.
Studi dalam Journal of Child and Family Studies juga menemukan bahwa orang dewasa yang mengalami parentifikasi emosional di masa kanak-kanak cenderung lebih berisiko terhadap kecemasan dan depresi. Studi berbeda menyatakan bahwa individu seperti ini juga lebih berisiko terhadap tekanan emosional, kontrol diri yang lebih rendah, serta lebih berisiko untuk terlibat dalam perilaku berisiko.