Kamis 25 Jan 2024 05:25 WIB

Houthi Usir Warga AS dan Inggris dari Yaman

Perintah ini diumumkan setelah AS dan Inggris menggelar serangan militer di Yaman.

Rep: Lintar Satria/ Red: Muhammad Hafil
Pejuang Houthi menghadiri unjuk rasa dukungan untuk Palestina di Jalur Gaza dan menentang serangan AS di Yaman di luar Sanaa pada Senin, 22 Januari 2024.
Foto: AP Photo
Pejuang Houthi menghadiri unjuk rasa dukungan untuk Palestina di Jalur Gaza dan menentang serangan AS di Yaman di luar Sanaa pada Senin, 22 Januari 2024.

REPUBLIKA.CO.ID,ADEN -- Pihak berwenang Houthi memerintahkan staf PBB berwarga negara Amerika Serikat (AS) dan Inggris dan organisasi kemanusiaan di Sana'a untuk meninggalkan Yaman dalam jangka waktu satu bulan. Perintah ini disampaikan dalam dokumen dan pernyataan pejabat Houthi.

Perintah ini diumumkan setelah AS dan Inggris menggelar serangan militer dalam wilayah Yaman dengan alasan untuk menghancurkan lokasi-lokasi militer Houthi. Sebagai respon atas serangan kelompok yang didukung Iran itu pada kapal-kapal komersial di Laut Merah.

Baca Juga

Pekan lalu pemerintah AS juga memasukan kembali Houthi ke dalam daftar organisasi teroris sebagai salah satu langkah Washington menahan serangan ke kapal-kapal komersial di Laut Merah. Houthi mengatakan serangan mereka ke kapal-kapal yang memiliki hubungan dengan Israel dan pelabuhan Israel sebagai bentuk solidaritas pada rakyat Palestina.

"Kementerian ingin menekankan anda harus memberitahu pejabat dan pekerja warga negara AS dan Inggris untuk mempersiapkan kepergian dari negara dalam waktu 30 hari," kata kementerian luar negeri Houthi dalam suratnya ke pelaksana tugas kepala koordinator kemanusiaan PBB di Yaman Peter Hawkins, Rabu (24/1/2024).

Surat itu juga memerintahkan organisasi asing untuk tidak mempekerjakan warga AS dan Inggris untuk operasinya di Yaman. Negosiator Yaman Mohammed Abdulsalam mengkonfirmasi keaslian surat tersebut.

Kantor Hawkins yang berwarga negara Inggris belum menanggapi permintaan komentar. Kedutaan Besar AS dan Inggris juga belum menanggapi permintaan komentar.

Gerakan Houthi yang menguasai banyak wilayah setelah perang sipil selama hampir satu dekade melawan koalisi yang didukung AS dan Arab Saudi. Meski belum ada pertempuran tapi kedua belah pihak belum memperbaharui gencatan senjata yang dimediasi PBB.

Pesawat, kapal dan kapal selam tempur AS dan Inggris meluncurkan puluhan serangan udara ke berbagai wilayah Yaman sebagai balasan atas serangan Houthi ke kapal-kapal komersial di Laut Merah. Serangan-serangan itu memaksa perusahaan pelayaran mengalihkan rutenya untuk mengirimkan barang dan Asia ke Eropa.

Pentagon mengatakan pada Selasa (23/1/2024) lalu pasukan AS dan Inggris menyerang gudang bawah tanah serta kapabilitas rudal dan radar Houthi. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement