REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menko Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, geram dengan omongan eks kepala Badan Koordinator Penanaman Modal (BKPM) Thomas Trikasih Lembong dan cawapres nomor urut 1, Abdul Muhaimin Iskandar. Dia pun meluruskan pernyataan Tom Lembong dan Muhaimin imbas debat cawapres keempat.
"Waktu Anda BKPM, apa yang Anda lakukan coba? Anda kan ditugasin untuk OSS. Saya ingat betul itu Anda curhat ke saya, tapi itu kan sampai Anda meninggalkan kabinet tidak pernah selesai," ucap Luhut dalam pernyataan di media sosial dikutip Republika.co.id di Jakarta, Kamis (25/1/2024).
Selepas Tom Lembong tidak menjabat kepala BKPM, Luhut mengaku, perizinan melalui sistem Online Single Submission (OSS) malah diselesaikannya sendiri. Dia juga menyentil penilaian Tom Lembong bahwa harga nikel anjlok akibat kebijakan hilirisasi pemerintah RI.
Dia pun mengajak publik melihat harga nikel selama 10 tahun terakhir. Menurut Luhut, siklus harga komoditas pasti naik turun. Dia pun tidak paham, mengapa Tom Lembong menyebut harga nikel dunia anjlok akibat penambangan di Indonesia.
"Apakah itu batu bara, nikel, timah, atau emas. Apa saja. Tapi kalau kita lihat harga nikel dunia itu yan 15 ribu-an dolar AS. Bahkan pada periode 2014-2019, periode hilirisasi mulai kita lakukan, harga rata-rata nikel itu hanya 12 ribu dolar AS," ucap Luhut.
Dia pun menyerang Tom Lembong memberikan saran tidak tepat kepada cawapres Muhaimin. "Bagaimana Anda memberikan advice bohong kepada calon pemimpin yang Anda dukung? Saya sedih lihat Anda di situ. Artinya intelektual Anda itu jadi saya ragu," kata Luhut.
Luhut juga tertawa ketika menanggapi Cak Imin terkait hilirisasi nikel ugal-ugalan. Dia pun ingin mengundang Cak Imin melihat langsung lokasi pertambangan nikel. "Mengundang berkunjung ke Weda Bay, ke Morowali untuk lihat sendiri. Seeing is believing, gitu. Daripada Anda berbohong kepadap publik," ucap eks menko polhukam tersebut.
Menurut Luhut, karakter Cak Imin yang berbohong tentang pertambangan dan hilirisasi bukan karakter yang bagus. "Untuk mencapai posisi, Anda membohongi publik, dengan memberikan informasi seperti tadi," kata Luhut.
Dia pun membagikan data di Sulawesi tingkat kemiskinan pada 2015 sebesar 14,7 persen. Pada 2023, ketika penambangan berlangsung maka kemiskinan turun di angka 12,4 persen. Menurut Luhut, hal itu terjadi karena ada pertumbuhan ekonomi.
"Kalau di Morowali, tahun 2015 itu 15,8 persen kemiskinannya dan 2023 ini kita lihat 12,3 persen (tingkat) kemiskinan. Terjadi juga cukup perbaikan-perbaikan di sana," ucap Luhut.
Ugal-ugalan