REPUBLIKA.CO.ID, JEDDAH- Ketua ASFA Foundation Komjen Pol (Purn) Dr. Syafruddin Kambo melakukan kunjungan ke Islamic Development Bank di Jeddah Saudi Arabia (25/1).
Kunjungan dalam rangka membicarakan pengembangan wakaf dan beasiswa internasional. Kedua lembaga sepakat untuk berkolaborasi dan melakukan kerjasama pada bidang pengembangan SDM yang berbasis pada penguatan kelembagaan Pendidikan Islam di Indonesia serta pengembangan wakaf.
“Kami berkomitmen mengelola dan mengembangkan wakaf yang dimanfaatkan untuk pengembangan SDM umat,” kata Syafruddin.
Haji Syafruddin diterima oleh Senior Divisi Investasi Wakaf IsDB Dr. Ala Uwaidho dan Dr. Syed Afzal Jamil, dan didampingi Pakar Ekonomi Islam, Zakat dan Wakaf dari Mesir Dr. Mustafa Dasuki Kesba, Dr. Ali Hasan Bahar dan Wakil Ketua Lazis ASFA KH. Anizar Masyhadi, MA.
Wakaf merupakan tradisi khas Islam yang diterapkan di banyak kawasan. Wakaf tertua adalah Masjid Nabawi yang diwakafkan oleh Nabi Muhammad dan para sahabat. Kemudian wakaf Universitas Al Azhar di Kairo Mesir. Keduanya merupakan wakaf yang berusia lebih dari seribu tahun dan terus memberikan manfaat kepada dunia.
Wakaf juga menjadi tradisi Muslim di Indonesia. Ada lembaga pendidikan yang dikelola dengan sistem wakaf. Juga ada aneka ragam wakaf: wakaf profesi, wakaf uang, dan lainnya. Wakil Kapolri periode 2016-2018 tersebut menjelaskan wakaf dengan fokus pada pengembangan SDM menjadi strategis untuk pembangunan ekonomi dan budaya.
Di hadapan ISDB, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi periode 2018-2019 itu menjelaskan komitmen membangun SDM dengan program beasiswa kader lembaga pendidikan Islam. Penerima beasiswa difasilitasi belajar di berbagai perguruan tinggi bergengsi di dalam dan luar negeri. Ada yang mengambil program studi sains, agama, dan berbagai tradisi keilmuan.
“Program beasiswa merupakan ikhtiar kita untuk membangun peradaban yang menginspirasi kemajuan dan perdamaian,” kata Wakil Ketua Dewan Masjid Indonesia tersebut.
Islamic Development Bank merupakan lembaga keuangan pembangunan multilateral yang fokus pada keuangan Islam, berlokasi di Jeddah Arab Saudi, bank ini beranggotakan 57 negara anggota pemegang saham dengan pemegang saham tunggal terbesar adalah Arab Saudi.
Didirikan pada tahun 1973 oleh para Menteri Keuangan pada Organisasi Konferensi Islam pertama (sekarang disebut Organisasi Kerjasama Islam ) dengan dukungan Raja Arab Saudi pada saat itu (Faisal bin Abdul Aziz as-Saud), dan memulai kegiatannya pada tanggal 3 April 1975.
Pada tanggal 22 Mei 2013, IDB meningkatkan modal dasar tiga kali lipat menjadi 150 miliar Dolar AS untuk memberikan pelayanan yang lebih baik kepada umat Islam di negara anggota dan non-anggota. Bank telah memperoleh peringkat kredit AAA dari Standard & Poor's, Moody's, dan Fitch. Arab Saudi memegang sekitar seperempat modal disetor bank.
Wakil Ketua Lazis ASFA Anizar Masyhadi menjelaskan komitmen lembaganya untuk menjadikan wakaf sebagai tradisi dan kearifan Muslim di Indonesia. Ketika ada kelebihan rezeki setelah penyaluran zakat, maka Muslim Indonesia akan mewakafkan sebagian hartanya untuk menjadi sedekah jariyah yang berbuah pahala meski sudah wafat. “Kami di Indonesia mengembangkan wakaf sebagai gaya hidup. Wakaf menjadi life style,” kata Anizar.