REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS pada akhir perdagangan Jumat (26/1/2024) ditutup menguat tipis di tengah kondisi ekonomi Amerika Serikat (AS) yang tetap resilien. Pada penutupan perdagangan Jumat, rupiah menguat satu poin atau 0,01 persen menjadi Rp 15.825 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp 15.826 per dolar AS.
"Dolar AS menguat terhadap mata uang G-10 setelah data produk domestik bruto (PDB) AS menunjukkan kondisi perekonomian AS tetap resilient," kata Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede di Jakarta.
Josua menuturkan, pertumbuhan PDB AS pada kuartal IV 2023 turun menjadi 3,3 persen dari 4,9 persen pada kuartal sebelumnya, namun lebih tinggi dari ekspektasi sebesar 2 persen. Pendorong utama pertumbuhan PDB yang solid di AS adalah sektor jasa, yang tumbuh sebesar 2,4 persen secara kuartalan dari 2,2 persen pada periode sebelumnya.
Secara keseluruhan, PDB AS tumbuh sebesar 2,5 persen pada tahun 2023 dari 1,9 persen pada tahun 2022. Pertumbuhan PDB AS yang lebih tinggi dari perkiraan cenderung meningkatkan risiko kebijakan suku bunga "higher-for-longer".
Akibatnya, investor memperkirakan bank sentral AS atau The Fed akan semakin ragu untuk segera menurunkan suku bunga kebijakannya pada 2024. Di sisi lain, imbal hasil atau yield obligasi Pemerintah AS tenor 10 tahun turun sebesar enam basis poin (bps) menjadi 4,12 persen sebagai dampak dari tingginya klaim pengangguran yang mengimbangi dampak data pertumbuhan PDB.
Sementara Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Jumat merosot ke level Rp 15.829 per dolar AS dari sebelumnya Rp 15.767 per dolar AS.