REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Hingga hari ini, Tim Kemanusiaan PMI masih berada di Kairo Mesir untuk terus mengawal proses pengadaan bantuan kemanusiaan PMI dengan berkoordinasi erat dengan Bulan Sabit Merah Mesir dan Bulan Sabit merah Palestina. Bantuan kemanusiaan yang saat ini tengah diproses adalah bantuan logistik pangan, minuman, selimut, pakaian anak dan bayi balita, obat-obatan, peralatan kesehatan dan ambulans, serta hygiene kits.
“Kami terus melakukan koordinasi dengan pihak Bulan Sabit Merah Mesir dan Bulan Sabit Merah Palestina untuk mengawal proses pengadaan barang bantuan untuk masyarakat Gaza. Kami memahami proses pengadaan ini samgat sulit karena banyak bantuan lain yang juga tengah diproses sehingga membuat proses pengadaan memerlukan waktu cukup lama,” kata Arifin Muh Hadi, Kepala Tim Kemanusiaan PMI di Mesir.
Sementara itu dijelaskan Dr. Ramy El Nazer, CEO Bulan Sabit Merah Mesir, berbagai bantuan yang sudah siap untuk dikirimkan ke Gaza pun mengalami kesulitan masuk ke wilayah Gaza dikarenakan adanya pembatasan jenis bantuan dan proses screening bantuan yang memerlukan waktu cukup lama.
“Bantuan dari lembaga telah banyak dilakukan, namun adanya batasan dari otoritas perbatasan menjadikan Bottleneck dalam pengiriman bantuan dan ini menjadi hambatan terbesar. Pembatasan jenis bantuan dan penerapan SOP yang berubah ubah dan tidak konsiten menyulitkan kami mendorong bantuan masuk ke Jalur Gaza,” Kata CEO Bulan Sabit Merah Mesir Dr. Ramy El Nazer.
Ditambahkannya, “proses screening bantuan yang sangat ketat yang dilakukan oleh Pihak Militer Israel serta lamanya waktu tunggu antrian yang membutuhkan waktu yang cukup lama diwilayah perbatasan sekitar 25 hari pengecekan membuat bantuan khususnya makanan menjadi expired. Selain itu para supir truck juga merasakan fatigue menghadapi kondisi seperti ini,” katanya.
Konflik yang terus berlanjut di Jalur Gaza sampai saat ini belum ada tanda tanda penyelesaian. Agresi pemboman dan pengepungan yang terus terjadi berdampak penderitaan yang luar biasa. Tekanan kekerasan dan penindasan pihak Israel yang sudah diluar batas batas perikemanusiaan. Kondisi diluar batas kendali warga Gaza semakin memprihatinkan, sangat mengancam kehidupan saat ini dan yang akan datang.
Fungsi dan akses pelayanan kesehatan sangat terganggu akibat terbatasnya akses listrik dan air. Hal ini menimbulkan bencana kesehatan yang luar biasa. Tingginya peningkatan angka kematian dan cedera akibat pemboman dan kekerasan sangat menyentuh nilai nilai kemanusiaan.
Demikian pengungsian masal tanpa akses shelter yang memadai, gangguan besar dan disfungsi sistem kesehatan, serta kerusakan infrastruktur air dan sanitasi semakin memperparah kondisi kehidupan warga. Penyebab stres yang parah terhadap kesehatan mental memengaruhi seluruh warga, termasuk pemboman dan pengepungan yang terus berlanjut.
Rusaknya jalan jalan akibat terhalang puing puing bangunan yang hancur akibat pengeboman sangat menghalangi akses ambulans ke fasilitas kesehatan dan korban luka.
Ketua Bidang Hubungan Luar Negeri PMI Pusat, Prof Dr. Hamid Awaludin dalam forum internasional Humanitarian Appeal Conference to Support Gaza pada 11 Januari 2024 lalu di Kairo Mesir menegaskan pembatasan barang bantuan kemanusiaan bagi korban perang merupakan tindakan kriminal.
“Pembatasan dan upaya menghambat masuknya bantuan kemanusiaan kepada para korban perang adalah tindakan kriminal. Ini tidak bisa ditolelir. Hukum Perikemanusiaan Internasional harus ditegakkan. Semua pihak harus melakukan komunikasi dan koordinasi yang lebih intensif dengan berbagai pihak, agar bantuan kemanusiaan tersebut bisa tepat sasaran,” tutur Hamid Awaludin.