REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di suatu hari ketika Idul Fitri, Nabi Muhammad SAW biasanya mengunjungi rumah demi rumah untuk mendoakan kaum Muslim. Di perjalanan, Nabi Muhammad SAW melihat banyak anak-anak sedang bermain dan tertawa. Mereka bermain sambil berlari-lari mengenakan pakaian bagus, mereka semua tampak senang dan bahagia.
Tiba-tiba, Nabi Muhammad SAW melihat di ujung jalan seorang anak gadis kecil duduk bersedih. Anak itu terlihat memakai pakaian tambal-tambal dan sepatu usang. Nabi Muhammad SAW bergegas menghampirinya.
Anak gadis kecil ini menyembunyikan wajahnya dengan kedua tangannya, lalu menangis tersedu-sedu. Nabi Muhammad SAW meletakkan tangannya dengan penuh kasih pada kepala anak gadis kecil itu sambil bertanya dengan suara yang lembut, “Anakku, mengapa kamu menangis? Ini adalah hari raya bukan?”
Anak gadis kecil itu terkejut. Tanpa berani mengangkat kepala dan melihat siapa yang bertanya. Sambil menjawab terbata-bata, anak gadis itu berkata, "Di hari raya ini semua anak merayakannya penuh gembira bersama orang tuanya. Semua anak bermain senang. Namun, aku teringat ayahku yang telah tiada. Karena itulah aku menangis. Hari raya terakhir, ia masih ada bersamaku. Ia membelikanku gaun berwarna hijau dan sepatu baru. Saat itu, aku sungguh berbahagia."
Anak gadis kecil itu melanjutkan ceritanya, "Kemudian, suatu hari ayahku pergi berperang bersama Rasulullah hingga ia terbunuh. Kini, ayahku tiada. Aku menjadi anak yatim. Jika aku tidak menangis untuknya, lalu untuk siapa lagi?”
Mendengar cerita anak gadis itu, seketika hati Nabi Muhammad SAW diliputi duka yang mendalam. Dengan penuh kasih sayang, Nabi Muhammad SAW membelai kepala anak gadis itu sambil berkata, “Anakku, hapuslah air matamu, apakah kau ingin aku menjadi ayahmu? Apakah kau suka jika Fatimah menjadi kakak perempuanmu dan Aisyah menjadi ibumu? Bagaimana, Anakku?"
Mendengar kata-kata itu, anak gadis itu kaget, dan berhenti menangis. Anak gadis itu menyadari yang berbicara dengannya adalah Rasulullah SAW. Anak gadis itu tentu saja sangat senang mendengar penawaran Rasulullah.
Kemudian, anak gadis itu berjalan bergandengan tangan dengan Nabi Muhammad SAW ke rumah beliau. Hatinya diliputi kebahagiaan yang sulit dilukiskan, karena ia diperbolehkan menggenggam tangan Rasulullah SAW yang lembut bagai sutra.
Tiba di rumah Rasulullah SAW, Fatimah membersihkan wajah dan kedua tangan gadis kecil itu lalu menyisir rambutnya. Ia dipakaikan gaun yang indah, diberi makanan, juga uang saku untuk hari raya. Kemudian ia diantar keluar, agar dapat bermain dengan anak-anak lain.
Anak gadis yang tadinya murung dan menangis, kini bisa ikut bermain dan bahagia dengan anak-anak lainnya. Hingga anak-anak lain heran melihatnya, karena menjadi bahagia setelah sebelumnya menangis karena sedih.
Kisah ini dikutip dari buku 115 Kisah Menakjubkan dalam Kehidupan Rasulullah SAW yang ditulis Fuad Abdurahman diterbitkan Penerbit Noura Books, 2015.