Pada awal bulan ini, hasil survei teranyar yang dirilis LSI Denny JA menemukan, bahwa sepertiga pemilih PDIP ternyata mendukung pasangan capres-cawapres Prabowo-Gibran. Padahal, PDIP adalah partai pengusung pasangan Ganjar-Mahfud.
Peneliti Senior LSI Denny JA, Adjie Alfaraby menjelaskan, survei yang dilakukan dalam rentang 26 Januari hingga 6 Februari 2024 itu menemukan bahwa pemilih PDIP yang mendukung Ganjar-Mahfud sebesar 60,4 persen. Sisanya, sebesar 32,8 mendukung Prabowo-Gibran dan 5,5 persen mendukung Anies-Muhaimin.
"Jadi, konstituen PDIP yang memilih Prabowo-Gibran angkanya cukup tinggi, yakni 32,8 persen," kata Adjie saat memaparkan hasil surveinya di Jakarta, Jumat (9/2/2024).
Adjie menjelaskan, fenomena tersebut biasa disebut split-ticket voting atau kondisi ketika pemilih punya pilihan berbeda atas pemilihan legislatif dan pemilihan presiden. Dia mengatakan, PDIP bukan satu-satunya partai yang mengalami split-ticket voting dalam jumlah besar.
Partai lain adalah PKB, partai pengusung pasangan Anies-Muhaimin. Sebanyak 30,5 persen pemilih PKB ternyata mendukung Prabowo-Gibran. Pemilih PKB yang memilih Anies-Muhaimin sebesar 46 persen.
Split-ticket voting juga dialami Partai Demokrat, partai pengusung Prabowo-Gibran. Sebanyak 27,1 persen pemilih Demokrat ternyata mendukung pasangan Anies-Muhaimin. Pemilih Demokrat yang mendukung Prabowo-Gibran sebesar 53 persen.
Split-ticket voting paling tinggi dialami PPP, partai pengusung Ganjar-Mahfud. Sebanyak 64,8 persen pemilih partai berlogo Ka'bah itu ternyata mendukung Prabowo-Gibran. Hanya 8,6 persen pemilih PPP yang mendukung Ganjar-Mahfud. Lalu ada 22 persen yang lari ke Anies-Muhaimin.
"Jadi ada beberapa partai yang tingkat split-ticket voting-nya cukip tinggi atau di atas 25 persen," ujar Adjie.