REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pneumonia saat ini masih menjadi salah satu penyebab kematian tersering pada bayi dan balita di dunia. Menurut data dari UNICEF, ada sekitar 1,3 juta kasus kematian pada anak di dunia akibat pneumonia. Ironisnya, penyakit ini sebenarnya bisa dicegah.
"Setiap 39 detik satu anak meninggal karena pneumonia di berbagai belahan dunia. Jadi angka kematiannya cukup tinggi," jelas Ketua Unit Kerja Koordinasi (UKK) Respirologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr Rina Triasih MMed (Paed) PhD SpA(K) dalam media briefing// yang digelar oleh IDAI pada Selasa (20/2/2024).
Secara umum, lanjut dr Rina, pneumonia merupakan radang paru yang mengenai alveoli atau kantung udara di paru-paru. Alveoli merupakan tempat terjadinya pertukaran antara oksigen dan karbon dioksida.
Peradangan yang terjadi pada kasus pneumonia akan membuat alveoli terisi dengan cairan. Kondisi ini akan mengganggu proses pertukaran oksigen dan karbon dioksida di dalam alveoli. Akibatnya, tubuh menjadi kekurangan oksigen sehingga keluhan sesak napas muncul.
Menurut dr Rina, batuk pada pneumonia bersifat akut dan umumnya hanya terjadi selama tujuh hari. Kemunculan batuk pada pneumonia bisa disertai pilek. Sedangkan keluhan demam pada pneumonia bisa muncul dan bisa juga tidak terjadi.
"Hari ketiga hingga kelima, anak tampak tidak aktif. Kalau bayi, kelihatan menetenya tidak kuat," terang dr Rina.
Selain itu, orang tua juga bisa melihat tanda pneumonia ketika anak bernapas. Anak dengan pneumonia umumnya menunjukkan tarikan dinding dada atau cekungan pada dada bawah ketika mereka bernapas.
"Data dari IDAI, kemarin mengadakan audit kematian, masih pneumonia dan diare (penyebab kematian tersering pada balita), padahal penyakit ini bisa dicegah dan bisa diobati," lanjut dr Rina.
Pneumonia pada anak bisa disebabkan oleh....