REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Ketua Rabithah Ma'ahid Islamiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (RMI PBNU), KH Hodri Ariev mengatakan ada dua catatan serius menyusul masih maraknya kekerasan di pesantren yaitu faktor internal dan eksternal.
Menurutnya persoalan ini tidak hanya menjadi tugas para kiai sebagai pengasuh atau ustaz namun tugas semua pihak.
Secara internal, kata Kiai Hodri, RMI menilai kurangnya langkah antisipatif mencegah bullying maupun persekusi. Hal ini bisa terjadi karena terbatasnya jumlah sumber daya manusia (SDM) di pesantren stau bisa juga karena lemahnya daya dukung pengawasan dan pembinaan santri.
"Kita tidak cukup lagi hanya memberitahu tentang baik dan buruk, tentang prilaku terpuji dan tercela," ujar Kiai Hodri kepada republika.co.id, Senin (26/2/2024).
Menurut Kiai Hodri, pesantren harus mempunyai mekanisme bagus untuk mencegah perilaku buruk. Di saat bersamaan pesantren harus terus menerus mendorong agar perilaku baik dan terpuji menjadi kebiasaan di lingkungan pesantren sehingga tertanam dalam diri santri.
Kiai Hodri menegaskan pesantren saat ini tidak bisa lagi menerapkan pembinaan akhlak dan pendidikan sepenuhnya seperti masa dahulu. Pasalnya, perkembangan teknologi yang semakin cepat dan mudah diakses dapat memengaruhi perilaku santri. Menurut Kiai Hodri santri saat ini mudah mengakses apapun dari media sosial.
Sementara media sosial dapat memberikan pengaruh buruk apabila tidak mampu mengontrolnya. Maka dari itu, kata kiai Hodri, pesantren juga harus masuk ke dalam isu yang berkembang di media sosial.
Kiai Hodri menambahkan isu lain yang perlu diperhatikan adalah mengenali latar belakang keluarga santri. Hal tersebut untuk digunakan sebagai sebagai dasar program pembinaan kepada para santri.
"Pesantren sebaiknya punya psikolog yang bisa mendampingi pengurus, praktisi pendidikan, bahkan pengasuh, dalam mengenal kepribadian santri untuk kepentingan pendidikan," kata Kiai Hodri.
Kemudian faktor eksternal juga menjadi catatan RMI. Menurut Kiai Hodri, peran lingkungan baik dalam lingkungan sosial atau media sosial berpengaruh terhadap perilaku santri. Maka dari itu, dalam hal ini dibutuhkan peran lebih ekstra lagi yang tidak hanya memerlukan peran kiai tetapi juga masyarakat.
Baca juga: Alquran Sebut Langit Tercipta Hingga 7 Lapisan, Begini Penjelasan Ilmiahnya
"Kita sebenarnya sudah punya program Pesantren Ramah Anak, di antaranya bertujuan mencegah bullying, persekusi, dan semacamnya," kata Kiai Hodri.
Dalam beberapa hari terakhir dua kasus kekerasan terhadap santri di lingkungan pondok pesantren di Jawa Timur menjadi sorotan publik.
Di Malang, seorang santri senior membully dan menyeterika juniornya. Sedangkan di Kediri seorang santri asal Banyuwangi meninggal yang diduga mendapatkan kekerasan di dalam pesantren.