REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ada anggapan bahwa faktor keturunan berperan dalam kesehatan dan umur panjang seseorang. Namun penelitian menunjukkan bahwa genetika hanya menyumbang 25 persen variasi jangka hidup manusia. Sekitar 75 persen sisanya dipengaruhi "takdir", lingkungan, dan kebiasaan kesehatan yang baik. Dilansir laman Best Life pada Senin (5/2/2024), penelitian terhadap orang berusia 100 tahun atau centenarian mengungkap praktik mana yang paling umum dilakukan oleh mereka sehingga memberikan lebih banyak orang pandangan yang diperlukan untuk hidup lebih lama, bebas dari penyakit, dan kecacatan.
Menurut penelitian, Anda tidak dapat mengendalikan segalanya terkait kesehatan, namun membuat pilihan yang baik setiap hari dapat membantu mengubah hal-hal yang menguntungkan. Inilah enam kebiasaan sehari-hari yang dapat membantu Anda umur panjang dengan kesehatan yang baik:
1. Olahraga
“Aktivitas fisik mengurangi banyak faktor risiko kematian utama termasuk hipertensi arteri, diabetes melitus tipe dua, dislipidemia, penyakit jantung koroner, strok, dan kanker,” ujar meta-analisis tahun 2012 yang diterbitkan dalam Journal of Aging Research.
Penelitian terbaru menambahkan bahwa peningkatan kecil dalam aktivitas fisik, misalnya, menambahkan lebih banyak jalan kaki setiap hari, dapat berdampak besar pada kesehatan dan umur panjang. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) merekomendasikan untuk melakukan olahraga intensitas sedang minimal 150 menit per pekan, meskipun melakukan lebih banyak hanya akan meningkatkan manfaat-manfaatnya.
2. Tetap terhubung dengan komunitas
Meskipun rata-rata harapan hidup di Pakistan adalah 66 tahun, penduduk di wilayah pegunungan terpencil yang dikenal sebagai Lembah Hunza dilaporkan memiliki umur rata-rata 100 tahun. Secara khusus, penulis perjalanan dan penduduk asli Connecticut, Samantha Shea, memuji ikatan komunitas di desa tersebut yang menyebabkan kesehatan penduduknya lebih baik dan umur yang lebih panjang. Banyak penelitian menguatkan bahwa keterhubungan sosial dapat memberikan dampak luar biasa pada rentang hidup.
“Lingkungan dan desa-desa terjalin erat, dan masyarakat Hunza saling menjaga satu sama lain, terutama warga lanjut usia. Panti jompo tidak ada di sini. Para tetua sangat dihormati dan diperhatikan oleh keluarga mereka,” tulis Shea kepada CNBC.
3. Menghindari makanan-makanan olahan
Sebuah studi tahun 2017 yang diterbitkan dalam New England Journal of Medicine mengungkapkan, mereka yang melakukan perbaikan-perbaikan pola makan, bahkan pada usia paruh baya atau lebih dapat menambah umur lebih dari satu dekade. Faktanya, penelitian tersebut menemukan bahwa perbaikan pola makan sebesar 20 persen dikaitkan dengan penurunan angka kematian sebesar 14 persen. Untuk mendapatkan manfaat-manfaatnya, usahakan untuk menambahkan lebih banyak buah-buahan, sayuran, biji-bijian, lemak sehat, dan protein tanpa lemak sambil meminimalkan tambahan garam, gula, dan bahan-bahan pengawet.
4. Meminimalisasi produk hewani dalam pola makan
Studi mengenai Blue Zones, wilayah-wilayah di dunia yang memiliki jumlah centeranian lebih tinggi dari rata-rata, juga menunjukkan bahwa meminimalisasi asupan daging dapat membantu hidup usia panjang.
Para centerian di Blue Zone makan sekitar dua ons atau lebih sedikit daging sekitar lima kali per bulan. Sebagian besar mengonsumsi lebih sedikit produk susu dibandingkan populasi umum.
“Orang-orang di empat dari lima zona biru mengonsumsi daging, namun mereka melakukannya dengan hemat, menggunakannya sebagai makanan perayaan, makanan sampingan, atau cara untuk membumbui hidangan,” catat para ahli Blue Zone. Oleh karena itu, pola makan mereka sekitar 95 persen nabati.
5. Menjaga tingkat stres tetap rendah
Sebuah penelitian di Archives of Gerontology and Geriatrics menjelaskan, terlepas dari kenyataan bahwa orang-orang berusia 100 tahun rentan terhadap stres kronis karena hilangnya kemandirian secara progresif, lebih dari separuh orang berusia 100 tahun di negara kita tidak mengalami depresi dan memiliki sifat kecemasan yang rendah. Yaitu, mereka menunjukkan kecenderungan emosional untuk bereaksi dengan intensitas kecemasan yang rendah terhadap kondisi stres.
“Kondisi fisik mereka yang baik dapat dijelaskan oleh disposisi karakter positif dan kemampuan beradaptasi yang kuat terhadap kesulitan hidup,” kata penelitian itu.
6. Tidak merokok
“Merokok jelas dikaitkan dengan penyebab kematian paling umum pada lansia dan berkontribusi pada tingginya angka kematian dan kecacatan terkait dengan banyak penyakit kronis yang umum terjadi pada kelompok usia ini,” jelas sebuah penelitian tentang kebiasaan merokok para lansia berusia 100 tahun.
Penelitian itu menemukan bahwa 83,8 persen orang yang hidup hingga usia 100 tahun tidak pernah merokok. “Kombinasi merokok dan faktor risiko lain seperti hipertensi dan diabetes meningkatkan frekuensi penyakit yang tinggi, dan kecacatan serta menambah peningkatan angka kematian," ujarnya.
Di antara 17 persen sisanya yang berusia 100 tahun, 13,5 persen diidentifikasi sebagai mantan perokok. Hanya 2,7 persen orang yang hidup sampai 100 tahun adalah perokok aktif, demikian temuan studi tersebut.