REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan (DP3) Kabupaten Sleman melakukan berbagai upaya untuk mencegah meluasnya antraks di Sleman. Sejak ditemukan kasus awal di Kalinongko Kidul, Gayamharjo, Sleman pada tanggal 7 Maret 2024 lalu, Pusat Kesehatan Hewan Prambanan telah melakukan pengambilan dan pengiriman sampel darah untuk diuji di Balai Besar Veteriner Wates.
"Pusat Kesehatan Hewan Prambanan telah berkoordinasi dengan Puskesmas Prambanan dan Kalurahan Gayamharjo," kata Kepala Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan Kabupaten Sleman, Suparmono dalam siaran persnya, Jumat (15/3/2023).
Pada 8 Maret 2024, DP3 Kabupaten Sleman, Pusat Kesehatan Hewan Prambanan dan Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman juga telah melakukan penyidikan epidemiologi (PE) / investigasi dan pemberian obat kepada masyarakat Kalinongko Kidul yang ikut dalam proses penyembelihan dan mendapat paket daging dari ternak yang disembelih.
Secara bersama dilakukan juga Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) kepada warga Kalinongko Kidul, Gayamharjo yang intinya untuk segera melaporkan setiap kasus kejadian ternak sakit/mati kepada petugas Kesehatan Hewan.
Kemudian masyarakat juga diedukasi utnuk tidak menyembelih ternak yang ambruk/mati. Selain itu masyarakat juga diedukasi agar tidak menyimpan daging hasil penyembelihan dan diminta untuk segera diambil dan dimusnahkan.
"Serta memastikan untuk sementara waktu tidak ada ternak yang keluar atau masuk ke wilayah Kalinongko Kidul, Gayamharjo," ucapnya.
Kemudian Tim Balai Besar Veteriner Wates juga melakukan investigasi dan pengambilan sampel tanah. Pada Sabtu (9/3/2024) juga telah dilakukan desinfeksi di lingkungan kandang di Kalinongko Kidul, Gayamharjo, Prambanan oleh Tim Pusat Kesehatan Hewan Prambanan.
DP3 Kabupaten Sleman dan Pusat Kesehatan Hewan Prambanan bersama dengan Tim Gegana Polda DIY juga telah mengambil dan memusnahkan daging yang masih disimpan oleh warga Kalinongko Kidul Pada 10 Maret 2024. Selanjutnya daging tersebut dibakar dan disiram menggunakan formalin untuk kemudian dikubur dan disemen serta diberi tulisan kuburan daging Antraks.
"Selain itu juga dilakukan pendataan ternak di wilayah RT.05 untuk persiapan pengobatan ternak," ujarnya.
Supamono mengatakan pengobatan dan pemberian vitamin juga telah diberikan terhadap 143 ekor sapi serta 224 kambing dan domba,yang berada di sekitar lokasi kasus pada 13 Maret 2024. Upaya tersebut dilakukan untuk melindungi ternak yang ada mengingat lokasi di sekitarnya sudah terpapar.
Tim Balai Besar Veteriner Wates juga telah melakukan penandaan pada lokasi kejadian baik lokasi kematian, lokasi penyembelihan, lokasi pengulitan dan pemotongan daging, serta penguburan daging; Kemudian pada 13 Maret 2024 dilakukan Koordinasi Lintas Sektoral tentang pengendalian Antraks di Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan DIY, melibatkan unsur Kabupaten/Kota se-DIY, Kabupaten Klaten, BBVet Wates, BPBD DIY, FKH UGM, dan Dinas Kesehatan DIY.
"Pada tanggal 14 Maret 2024 dilakukan pengambilan sampel tanah tambahan pada beberapa lokasi di Kalinongko Kidul, untuk mendeteksi luasan penyebaran bakteri Antraks," ungkapnya.
Suparmono menambahkan pihaknya juga menggelar pertemuan lintas sektoral antarpemangku kepentingan terkait penyakit zoonosis di Kabupaten Sleman. Selnjutnya dalam waktu dekat akan segera dilakukan vaksinasi pada ternak yang berada pada zona kuning, untuk melindungi dan memberikan kekebalan pada ternak yang ada.
"Saat ini sedang mengajukan permohonan bantuan vaksin dan sarana pendukung lainnya untuk pengendalian Antraks kepada Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan DIY," ucapnya.
Suparmono mengatakan Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan sampai saat ini melakukan upaya dan berusaha memastikan tidak ada lagi penambahan kasus ternak sakit dan mati karena Antraks di wilayah Kalinongko Kidul dan sekitarnya.