Rabu 20 Mar 2024 09:13 WIB

Bentrokan Senjata, Libya-Tunisia Tutup Perbatasan

Libya terperosok ke dalam gejolak politik sejak pemberontakan yang didukung NATO,

Rep: Lintar Satria/ Red: Setyanavidita livicansera
Sebuah bangunan rusak, beberapa hari setelah Badai Daniel menyapu Libya timur, di kota pelabuhan Derna, Libya, (18/9/2023).
Foto: EPA-EFE/STR
Sebuah bangunan rusak, beberapa hari setelah Badai Daniel menyapu Libya timur, di kota pelabuhan Derna, Libya, (18/9/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, TRIPOLI -- Stasiun televisi pemerintah Tunisia dan pihak berwenang Libya melaporkan Tunisia dan Libya menutup perbatasan utamanya di Ras Jedir karena bentrokan bersenjata. Dalam pernyataannya Kementerian Dalam Negeri Libya mengatakan “penjahat” menyerang perbatasan yang menjadi lokasi warga Libya datang ke Tunisia untuk berobat dan truk dari arah sebaliknya datang membawa barang-barang.

"Aksi yang dilakukan kelompok penjahat ini tidak akan ditoleransi dan langkah hukum dan hukuman paling berat akan dijatuhkan pada yang terlibat," kata kementerian yang berbasis di Tripoli seperti dikutip dari Aljazirah, Selasa (19/3/2024).

Baca Juga

Pos perbatasan di kawasan gurun Ras Jedir sekitar 170 kilometer dari ibu kota Libya, Tripoli, merupakan titik persimpangan utama antara kedua negara Afrika Utara tersebut. Menurut media setempat, bentrokan antara kelompok bersenjata yang menguasai Ras Jedir dan pasukan keamanan yang dikirim Tripoli pecah pada Senin (18/3/2024) malam.

Menteri Dalam Negeri Libya Imad Trabelsi memerintahkan "departemen penegak hukum" kementeriannya untuk mengintervensi Ras Jedir untuk "memerangi pelanggaran keamanan dan penyeludupan" dan memfasilitasi perjalanan di perbatasan. Rekaman video yang belum terverifikasi di media sosial menunjukkan mobil terbakar dan orang-orang berlarian di Ras Jedir karena terdengar suara tembakan.

Tataouine Radio di Libya melaporkan, Tunisia menutup perbatasannya untuk keamanan warga yang hendak ke Libya. Selama bertahun-tahun kelompok-kelompok di daerah perbatasan menguasai Ras Jedir.

Mereka mengambil keuntungan dari perdagangan paralel di perbatasan. Ribuan keluarga Tunisia mencari penghasilan dari perdagangan tersebut. Libya terperosok ke dalam gejolak politik sejak pemberontakan yang didukung NATO tahun 2011 yang menggulingkan Muammar Gaddafi. Negara itu terpecah menjadi dua faksi, faksi timur dan faksi barat, pemerintahan yang bersaing itu memerintah di masing-masing wilayah.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement