Rabu 20 Mar 2024 15:40 WIB

Mohon Bersabar, BI Proyeksikan Suku Bunga The Fed Baru Turun Semester II 2024

Perry menyebut saat ini ketidakpastian pasar keuangan global masih tinggi.

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Ahmad Fikri Noor
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo (tengah) bersama jajaran dewan gubernur BI melakukan konferensi pers pengumuman RDG Bulanan BI Maret 2024 di Gedung BI, Rabu (20/3/2024).
Foto: Republiika/Rahayu Subekti
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo (tengah) bersama jajaran dewan gubernur BI melakukan konferensi pers pengumuman RDG Bulanan BI Maret 2024 di Gedung BI, Rabu (20/3/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengungkapkan proyeksi penurunan suku bunga The Fed masih akan terjadi pada semester II 2024. Perry menyebut saat ini ketidakpastian pasar keuangan global masih tinggi. 

"Hal ini tecermin pada yield US Treasury yang meningkat sejalan dengan premi risiko jangka panjang dan inflasi yang masih di atas prakiraan pasar," kata Perry dalam konferensi pers RDG Bulanan BI Maret 2024, Rabu (29/3/2024). 

Baca Juga

Dia menjelaskan, perkembangan tersebut mendorong berlanjutnya penguatan dolar AS secara global, lebih terbatasnya aliran masuk modal asing, dan meningkatnya tekanan pelemahan nilai tukar di negara emerging market. Kondisi tersebut memerlukan penguatan respons kebijakan untuk memitigasi dampak negatif rambatan global tersebut, termasuk di Indonesia.

Perry menambahkan, secara fundamental, inflasi di Amerika Serikat masih di atas sasaran hingga sepanjang 2025. Dia mengatakan, pertumbuhannya juga masih solid sehingga Perry menegaskan kemungkinan The Fed baru menurunkan suku bunganya pada semester II 2024. 

Meskipun begitu, Perry menuturkan pasar juga memiliki prediksi tersendiri. "Pasar bisa mempunyai informasi lain dan kemudian kami juga melihat ada pelaku pasar memperkirakan mungkin Juni (The Fed menurunkan suku bunga)," jelas Perry.  

Di sisi lain, Perry memastikan momentum pemulihan ekonomi global berlanjut di tengah ketidakpastian pasar keuangan yang masih tinggi. Pertumbuhan ekonomi global pada 2024 diprakirakan mencapai 3,0 persen.

Perry mengungkapkan, pertumbuhan ekonomi AS tetap kuat ditopang oleh permintaan domestik. India juga tumbuh lebih baik dari prakiraan didukung oleh investasi pemerintah dan swasta. 

Sementara itu, prospek ekonomi China tetap belum kuat, meskipun sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan proyeksi sebelumnya didorong peningkatan stimulus fiskal. Harga komoditas meningkat didorong oleh naiknya biaya angkut karena ketegangan geopolitik dan ketatnya pasokan akibat faktor cuaca.

"Berbagai perkembangan tersebut mengakibatkan laju penurunan inflasi global tertahan, dengan inflasi di negara maju masih di atas targetnya," ujar Perry.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement