REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA — Dari sekian banyak hamba yang saleh, bertakwa, rajin ibadah, selalu menghabiskan waktu malamnya hanya untuk Allah SWT dan berperang di jalan Allah SWT, terdapat seorang Tabi'in yang mulia bernama Abdullah bin Ghalib al-Harani. Beliau selalu berusaha untuk siap sedia mengabdikan diri kepada Allah SWT. Selain itu, beliau juga dikenal sebagai imam yang dapat dipercaya, mumpuni dalam bidang agama, hafal Alquran, dan juga wira'i (menahan diri dari segala sesuatu yang haram ataupun syubhat).
Dalam buku Shalat Orang-Orang Saleh karya Ahmad Musthafa Ath- Thahthawi, Abdullah bin Ghalib adalah seorang tabiin yang ahli ibadah dan pengajar Alquran di kota Basrah. Bersama-sama beberapa tokoh dari kalangan Tabiin, ia termasuk orang yang membaiat ‘bersumpah setia' kepada Ibnu Al-Asy'ats dalam melakukan pemberontakan atas kezaliman dan kesewenang-wenangan rezim Bani Umayyah. Setelah pembaiatan itu, Abdullah bin Ghalib ikut berperang bersama Ibnu Al-Asy'ats sampai akhirnya terbunuh dalam sebuah pertempuran yang disebut Dir al-Jamajim, pada tahun 83 H.
Setelah pemakamannya, di kuburannya tercium aroma harum seperti minyak misik dan hal itu belangsung lama. Orang-rang pada waktu itu juga mengambil tanah dari kuburan beliau yang juga berbau harum seperti misik. Tanah itu kemudian mereka masukkan ke dalam baju mereka. Dikarenakan para ulama mengkhawatirkan terjadinya fitnah (syirik, pengultusan misalnya) di kalangan orang-orang, maka kuburan itu kemudian diratakan dan dirahasiakan, sehingga tidak ada seorangpun yg dapat mengenali tempat asli kuburan tersebut.
Shalat Abdullah bin Ghalib
Syahdan, Abdullah bin Ghalib melaksanakan shalat dhuha sebanyak seratus rakaat. Mengenai alasan hal itu dia menjelaskan, "Untuk inilah kita diciptakan, dan dengan hal inilah kita diperintahkan." Suatu kali, al-Hasan menghampirinya dan memberi saran kepada Abdullah bin Ghalib agar jangan mempersulit para pengikutnya dengan banyak ibadah dan qiyamul-lail. Beliau menjawab, "Hai Hasan, Allah SWT justru menyuruh kita banyak-banyak mengingat-Nya, sedangkan kamu malah menyuruh kami sedikit mengingat Allah SWT. Sekali-kali jangan! Jangan kamu patuhi omongannya! Bersujud dan dekatkan dirimu kepada Allah SWT!"
Setelah mengatakan seperti itu beliau bersujud sambil berdoa, "Ya Allah, sungguh hanya kepada-MU kami mengadukan kebodohan akal pikiran kami, kekurangan amal ibadah kami, kedekatan kematian kami, dan hilangnya orang-orang saleh di antara kami."
Konon, seorang laki-laki pergi membuang hajatnya, dan lama sekali ia menenuhi hajatnya. Ketika pergi, lelaki itu meninggalkan Abdullah bin Ghalib dalam keadaan sedang bersujud. Sekembalinya dari menunaikan hajatnya, ia masih melihat Abdullah bin Ghalib bersujud.
Setiap kali pergi menyongsong musuh, Abdullah bin Ghalib berseru, "Demi Allah, andai saja saya tidak senang menikmati malam-malam saya dengan sujud kepada-Mu, dan pergantian gerak anggota tubuh dalam kelamnya malam, demi mengharapkan pahala dan keridhoan darimu, niscaya saya sudah berharap meninggalkan dunia ini beserta semua penghuninya.”
Setelah mengucapkan demikian ia maju perang dan akhirnya gugur dalam peperangan itu. Saat dimakam kan, orang-orang mencium aroma harum seperti minyak misik.
Salah seorang saudara Abdullah bin Ghalib bermimpi bertemu dengannya. "Apa yang telah kamu lakukan?" tanya saudaranya. "Saya melakukan hal-hal yang baik."
"Kamu mau pergi ke mana?" kembali saudaranya bertanya. Abdullah bin Ghalib menjawab, "Saya mau pergi ke surga."
"Dengan amal apa kau pergi ke surga?"
"Dengan keyakinan yang baik, menjalankan shalat tahajud yang lama, dan menahan lapar pada siang hari." Saudaranya juga bertanya tentang aroma harum dari kuburnya, "Kemudian, aroma harum yang tercium dari kuburanmu ini aroma apa?" Abdullah bin Ghalib menjawab, "Itu adalah aroma bacaan Alquran dan puasa."
"Berilah saya nasehat!" pinta saudaranya. Ia menjawab, "Berbuatlah kebaikan untuk dirimu sendiri siang dan malam."