REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Tepat pada Selasa (2/4/2024) ini, umat Muslim memasuki malam ke-23 Ramadhan 1445 H. Hal ini berdasarkan keputusan pemerintah RI dalam menetapkan awal Ramadhan 1445 H.
Pada 10 malam terakhir bulan Ramadhan ini, umat Muslim biasa memperbanyak amal ibadah sebagaimana yang dicontohkan Nabi Muhammad SAW. Salah satu yang ingin diraih dengan ibadah tersebut adalah mendapatkan keberkahan malam Lailatul Qadar.
Keberadaan malam Lailatul Qadar memang misteri. Sejumlah riwayat memang menyebutkan kapan terjadinya malam yang lebih baik dari 1.000 bulan itu, tetapi penyebutannya sebatas perkiraan atau prasangka. Artinya tidak ada yang dapat memastikan.
Misalnya riwayat berikut ini:
لحديث زر بن حبيش قال : قلت لأبي بن كعب : إن أخاك عبد الله بن مسعود يقول : ( من يقم الحول يصب ليلة القدر . فقال : يغفر الله لأبي عبد الرحمن ! لقد علم أنها في العشر الأواخر من رمضان ، وأنها ليلة سبع وعشرين ; ولكنه أراد ألا يتكل الناس ; ثم حلف لا يستثني أنها ليلة سبع وعشرين . قال قلت : بأي شيء تقول ذلك يا أبا المنذر ؟ قال : بالآية التي أخبرنا بها رسول الله - صلى الله عليه وسلم - ، أو بالعلامة أن الشمس تطلع يومئذ لا شعاع لها ) .
Dari Zir bin Hubeisy, dia berkata kepada Ubay bin Ka'ab, "Sampaikan kepadaku tentang Lailatul Qadar. Karena saudaramu, Abdullah bin Mas'ud, ditanya tentang Lailatul Qadar kemudian dia menjawab, 'Siapa yang menghidupkan malam (mengisi malam dengan ibadah) selama setahun penuh, pasti memperoleh malam Lailatul Qadar.'"
Lalu Ubay bin Ka'ab berkata, "Semoga Allah mengampuni Abu Abdurrahman (kun'yah Abdullah bin Mas'ud). Sungguh dia telah mengetahui bahwa Lailatul Qadar itu ada di 10 hari terakhir Ramadhan dan yang itu adalah malam ke-27. Namun dia ingin orang-orang tidak bergantung pada itu, kemudian dia (Abdullah bin Mas'ud) bersumpah Lailatul Qadar ada di malam ke-27."
Kemudian Zir bertanya, "Bagaimana cara engkau mengetahuinya, wahai Abal Mundzir (kun'yah Ubay bin Ka'ab)?" Lalu Ubay menjawab, "Dengan tanda yang telah disampaikan Rasulullah SAW kepada kami, yaitu di pagi harinya matahari terbit tanpa sinar." (HR Ibnu Khuzaimah).
Abdullah bin Mas'ud adalah sosok sahabat Rasulullah yang dijuluki "Shahibus Sirri Rasulullah" (pemegang rahasia Rasulullah). Mengapa demikian? Ini terkait keadaan Ibnu Mas'ud setelah dia masuk Islam. Tak berapa lama setelah memeluk Islam, Abdullah bin Mas'ud mendatangi Rasulullah dan memohon kepada beliau agar diterima menjadi pelayan beliau. Rasulullah pun menyetujuinya.
Sejak hari itu, Abdullah bin Mas'ud tinggal di rumah Rasulullah. Dia beralih pekerjaan dari penggembala domba menjadi pelayan Nabi. Abdullah bin Mas'ud senantiasa mendampingi Rasulullah. Termasuk membangunkan Rasulullah untuk shalat bila beliau tertidur, menyediakan air untuk mandi, mengambilkan terompah apabila beliau hendak pergi dan membenahinya apabila beliau pulang.
Dia membawakan tongkat dan siwak Rasulullah, menutupkan pintu kamar apabila beliau hendak tidur. Bahkan, Rasulullah mengizinkan Abdullah memasuki kamar beliau jika perlu.
Adapun perkiraan keberadaan Lailatul Qadar di malam ke-27 Ramadhan juga disebutkan dalam hadits lain yang diriwayatkan dari Abdullah bin Abbas RA, bahwa Nabi SAW bersabda:
" الْتمِسوها في العَشر الأواخِر من رمضانَ؛ لَيلةَ القَدْر في تاسعةٍ تَبقَى، في سابعةٍ تَبقَى، في خامسةٍ تَبْقَى".
"Carilah Lailatul Qadar di 10 malam terakhir bulan Ramadhan, pada malam yang kesembilan, malam yang ketujuh, dan malam yang kelima." (HR Bukhari)
Terlepas dari hal tersebut, peneliti Hukum Islam di Universitas Al-Azhar Kairo Mesir, Syekh Abu Yazid menyampaikan sebuah nasihat bahwa sejatinya seorang Muslim harus memperbanyak amal ibadah di 10 malam terakhir Ramadhan. Siapa yang berusaha meraih Lailatul Qadar di 10 hari terakhir Ramadhan, atas izin Allah SWT akan mendapatkan malam teragung yang lebih baik dari 1.000 bulan itu.