Kamis 04 Apr 2024 08:34 WIB

Konfrontasi Iran dan Israel Semakin Menjadi: Dulu Sekutu Mesra, Kini Musuh Bebuyutan 

Iran di bawah Revolusi Islam tegaskan perlawanannya terhadap Israel

Rep: Mabruroh / Red: Nashih Nashrullah
Penunjuk rasa di Iran menginjak bendera Israel. Iran di bawah Revolusi Islam tegaskan perlawanannya terhadap Israel
Foto: EPA-EFE/ABEDIN TAHERKENAREH
Penunjuk rasa di Iran menginjak bendera Israel. Iran di bawah Revolusi Islam tegaskan perlawanannya terhadap Israel

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN — Iran telah muncul sebagai salah satu negara yang paling vokal menentang pemboman brutal Israel di Gaza. Dan hal ini sejalan dengan kebijakan luar negerinya yang anti-Israel. Kedua negara Timur Tengah ini kerap digambarkan sebagai musuh bebuyutan.

Tetapi tahukah bahwa kedua negara ini sebelumnya sempat menjadi soulmate. Bahkan Iran adalah negara kedua yang mengakui berdirinya negara Israel pada 1950-an.

Baca Juga

Pengakuan ini dilakukan di bawah kepemimpinan Mohammad Reza Pahlavi, raja atau Syah kedua Pahlavi. Di masa Dinasti Pahlavi, tepatnya pada 1953, Israel mendirikan kedutaan de facto di Teheran, dan akhirnya keduanya bertukar duta besar pada  1970-an. 

Hubungan perdagangan tumbuh, dan Iran segera menjadi penyedia minyak utama bagi Israel, dengan keduanya membangun jaringan pipa yang bertujuan mengirim minyak Iran ke Israel dan kemudian Eropa.

Teheran dan Tel Aviv juga memiliki kerja sama militer dan keamanan yang luas, namun sebagian besar dirahasiakan untuk menghindari provokasi negara-negara Arab di kawasan.

“Israel membutuhkan Iran lebih dari Iran membutuhkan Israel. Israel selalu menjadi pihak yang proaktif, namun Syah juga menginginkan cara untuk meningkatkan hubungan (Iran) dengan Amerika Serikat, dan pada saat itu Israel dipandang sebagai cara yang baik untuk mencapai tujuan tersebut,” kata sejarawan Universitas Oxford, Eirik Kvindesland dilansir dari Aljazirah pada Rabu (3/4/2024).

Namun pada 1979 hubungan Iran-Israel sebagian besar berada dalam kondisi yang memburuk kemudian Syah digulingkan dalam sebuah revolusi, dan Republik Islam Iran yang baru lahir.  Ayatollah Ruhollah Khomeini, pemimpin revolusi, membawa pandangan dunia baru, yang sebagian besar memperjuangkan Islam. 

Iran menganggap Israel sebagai “Setan Kecil” dan Amerika Serikat sebagai “Setan Besar”. Kelompok Islamis Iran juga menganggap Israel sebagai negara tidak sah yang telah merampas tanah Muslim atau Arab dan mengusir warga Palestina dari tanah air mereka. Banyak aktivitas Iran di Timur Tengah sejak revolusi tahun 1979 berasal dari kecenderungan ideologis dan permusuhan terhadap Israel.

Memutuskan hubungan 

Di bawah kepemimpinan Ayatollah Khomeini, Teheran memutuskan semua hubungan dengan Israel. Warga tidak bisa lagi melakukan perjalanan dan rute penerbangan dibatalkan, dan kedutaan Israel di Teheran diubah menjadi kedutaan Palestina.

Khomeini juga...

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement