REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Turki mengatakan akan membatasi ekspor ke Israel sampai adanya gencatan senjata dan bertambahnya bantuan kemanusiaan di Jalur Gaza. Hal ini disampaikan setelah pemerintah Israel menolak mengizinkan pengiriman bantuan lewat udara ke Gaza dan membombardir kantong pemukiman itu.
Kementerian Perdagangan Turki mengatakan tidak akan lagi mengirimkan 54 kategori barang ke Israel mulai dari produk-produk besi dan baja, bahan bakar jet, peralatan konstruksi, mesin, semen, granit, bahan-bahan kimia, pestisida dan batu bata. "Israel terus melanggar hukum internasional terang-terangan dan mengabaikan masyarakat internasional, keputusan ini akan berlaku sampai Israel mendeklarasikan gencatan senjata segera dan mengizinkan aliran bantuan kemanusiaan yang cukup dan tak terganggu ke Gaza," kata Kementerian seperti dikutip dari Aljazirah, Selasa (9/4/2024).
Pejabat kesehatan Palestina mengatakan dalam perang yang sudah berlangsung selama enam bulan terakhir serangan Israel sudah membunuh lebih dari 33 ribu rakyat Palestina. Banyak negara yang mengungkapkan kemarahan atas tingginya korban jiwa dan krisis kemanusiaan yang disebabkan serangan dan pengepungan Israel.
Menteri Luar Negeri Israel Israel Katz menyerang pengumuman Turki dengan mengatakan Presiden Turki Reccep Tayyip Erdogan, sekali lagi mengorbankan kepentingan ekonomi rakyat Turki untuk mendukung pembunuh Hamas di Gaza. Ia menambahkan Israel akan mengambil "langkah yang akan melukai ekonomi Turki," termasuk melarang sejumlah impor Turki, meminta organisasi yang berbasis di Amerika Serikat untuk berhenti berinvestasi di Turki dan meminta "teman-teman kami di Kongres Amerika" untuk memberlakukan sanksi pada Turki.
Pengumuman pembatasan perdagangan disampaikan satu hari setelah Turki berjanji mengambil "langkah demi langkah" untuk membalas Israel yang memblokir pesawat kargo militer Turki untuk menjatuhkan bantuan dari atas Gaza. "Kami akan terus mendukung saudara dan saudari Palestina kami sampai pertumpahan dari di Gaza berhenti dan mereka dapat hidup di Palestina yang merdeka, dengan Yerusalem Timur sebagai ibukotanya, berdasarkan perbatasan 1967," kata Erdogan.
Ia menambahkan, Turki mengirimkan 45 ribu ton bantuan kemanusiaan ke kawasan. Israel dan Turki menarik duta besar mereka masing-masing setelah serangan Israel ke Gaza dimulai. Dua negara perang kata sejak saat itu, Erdogan menyebut Israel sebagai "negara teror", ia menekankan dukungan Turki pada solusi dua negara dalam konflik Israel-Palestina.
Di sidang Mahkamah Internasional ia mengecam penjajahan Israel selama puluhan tahun di wilayah Palestina. Namun Ankara tidak menerapkan langkah aktual pada Israel sampai pengumuman terbaru.
Perdagangan dua negara menurun sejak 7 Oktober 2023, tapi berdasarkan data Majelis Ekspor Turki mulai naik setiap bulan sejak awal tahun ini. Di dalam negeri pemerintah Turki dikritik karena memiliki hubungan dagang dengan Israel selama perang.
Salah satu faktor yang dianggap berkontribusi kekalahan partai berkuasa di pemilihan daerah akhir Maret lalu. "Sayangnya bahkan dengan isu seperti krisis Gaza, di mana kami melakukan semua yang kami bisa dan membayar harganya, kami gagal menangkis serangan-serangan politik dan meyakinkan beberapa orang," kata Erdogan seperti dikutip media lokal setelah pemungutan suara.
Radio Angkatan Darat Israel mengutip presiden Asosiasi Produsen Israel Ron Tomer yang mengatakan sekitar 50 persen impor semen, baja dan marmer Israel berasal dari Turki. Menurutnya Turki sedang dalam proses "mengambil alih" sektor-sektor lain, termasuk industri konstruksi Israel. "Mungkin sekarang pemerintah akan sadar dan melepaskan diri dari ketergantungan pada Turki," katanya.