REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah ditutup di level Rp 16.176 per dolar AS pada Selasa (16/4/2024) sore. Mata uang rupiah ditutup melemah 328 poin.
Sebelumnya sempat melemah 335 poin di level Rp 16.176 dari penutupan sebelumnya di level Rp 15.840. Pada hari ini, rupiah dibuka pada level Rp16.088 per dolar AS.
"Untuk perdagangan besok, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp 16.160 - Rp 16.250," kata Pengamat pasar uang, Ibrahim Assuaibi, Selasa (16/4/2024).
Ia mengatakan, untuk faktor eksternal indeks dolar AS dipengaruhi oleh Greenback menguat karena inflasi yang masih stagnan dan pertumbuhan yang kuat menyebabkan investor menunda ekspektasi mengenai kapan Federal Reserve kemungkinan akan mulai menurunkan suku bunganya.
Greenback menguat karena inflasi yang masih stagnan dan pertumbuhan yang kuat menyebabkan investor menunda ekspektasi mengenai kapan Federal Reserve kemungkinan akan mulai menurunkan suku bunganya. Bank sentral AS kini juga memperkirakan akan melakukan pemotongan lebih sedikit dibandingkan sebelumnya.
"Para pedagang sekarang memperkirakan kurang dari dua kali pemotongan sebesar 25 basis poin pada akhir tahun, setelah sebelumnya memperkirakan tiga kali pemotongan," terangnya.
Saat ini, investor juga fokus pada meningkatnya ketegangan di Timur Tengah, yang dipandang sebagai peningkatan permintaan terhadap safe haven dolar AS. Israel pun masih mempertimbangkan bagaimana menanggapi serangan rudal dan pesawat tak berawak Iran pada akhir pekan lalu.
Di dalam negeri, pasar terus mengamati momentum Ramadan dan Lebaran diyakini dapat berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi domestik sebesar 0,14-0,25 persen poin (ppt). Sehingga, di kuartal pertama 2024 ekonomi Indonesia berpeluang untuk tumbuh di kisaran 5,0 - 5,1 persen.
Sejumlah faktor yang mendorong pertumbuhan ekonomi tersebut adalah meningkatnya belanja pemerintah terutama terkait bansos dan pelaksanaan Pemilu. Seperti diketahui belanja negara sampai dengan 15 Maret 2024, naik 18,1 persen yoy.
Selain itu, adanya low-base effect dari kuartal pertama 2023 karena periode terlama Ramadan bergeser dari April pada tahun lalu menjadi Maret pada tahun ini . Meski demikian, inflasi berada dalam tren meningkat yang disebabkan oleh kenaikan harga pangan.
"Hal ini bisa menjadi penghambat bagi pertumbuhan ekonomi pada kuartal I 2024 karena dapat mengganggu daya beli masyarakat," ungkapnya.
Selain itu, Bank Indonesia terus melakukan bauran strategi ekonomi guna untuk melakukan stabilisasi nilai tukar rupiah serta terus melakukan intervensi besar di pasar valuta asing, Obligasi di perdagangan Domestic Non Deliverable Forwade (DNDF), walaupun nantinya akan berimbas terhadap menurunnya cadangan devisa . Namun, menurut Ibrahim, apa yang dilakukan oleh BI sudah sesuai dengan regulasi yang bertujuan untuk menahan pelemahan mata uang rupiah, imbas fari kenaikan infalsi global.