Senin 22 Apr 2024 17:51 WIB

Tiga Orang Rusia Terjun Payung dari Stratosfer ke Kutub Utara 

Misi itu untuk uji coba prototipe sistem komunikasi baru di Arktik.

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani / Red: Friska Yolandha
Ilustrasi kutub utara. Tiga orang Rusia memecahkan rekor dunia terjun payung dari stratosfer Bumi ke Kutub Utara pekan lalu dalam sebuah misi.
Foto: Nima Sarikhami
Ilustrasi kutub utara. Tiga orang Rusia memecahkan rekor dunia terjun payung dari stratosfer Bumi ke Kutub Utara pekan lalu dalam sebuah misi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tiga orang Rusia memecahkan rekor dunia terjun payung dari stratosfer Bumi ke Kutub Utara pekan lalu dalam sebuah misi. Penyelenggara usaha itu mengatakan kepada Reuters, misi tersebut juga berfungsi sebagai uji coba prototipe sistem komunikasi baru untuk digunakan di Arktik. 

Mikhail Korniyenko, Alexander Lynnik dan Denis Yefremov melemparkan diri mereka dari pesawat Ilyushin-76 pada ketinggian 10.500 meter dan menghabiskan sekitar 2,5 menit terjun bebas sebelum membuka peluncuran mereka 1.000 meter di atas tanah. Turunnya mereka  terekam dalam video spektakuler. 

Baca Juga

Dilansir Reuters, Senin (22/4/2024), Nikita Tsaplin sebagai penyelenggara mengatakan ketiganya menderita radang dingin di pipi mereka, meski memakai masker yang dipanaskan. Saat mereka terjun dengan kecepatan lebih dari 300 km per jam, suhu udara sekitar minus 50 derajat Celcius terasa seperti minus 70 derajat Celcius. 

Mereka mendarat di dekat pangkalan kutub Barneo Rusia. Itu adalah tempat Tsaplin menuturkan mereka dapat menyalakan server menggunakan generator diesel dan membuat sambungan ke satelit. Peralatan tersebut telah dijatuhkan sebelumnya dari ketinggian yang lebih rendah. 

Komunikasi di Arktik kemungkinan akan menjadi semakin penting karena negara-negara termasuk Rusia, Amerika Serikat (AS), dan China sering bersaing di sana untuk mendapatkan sumber daya, jalur perdagangan, dan keuntungan militer. Menurut Tsaplin, Rusia mampu mengirim data melalui sistem eksperimental, meskipun dia mengakui pada saat ini kemampuan sistem tersebut tidak sebanding dengan kemampuan Iridium Communications Inc yang berbasis di AS, yang menyediakan jangkauan dari kedua kutub bumi. 

“Tentu saja, solusi kami masih berupa prototipe, namun kami tetap dapat terhubung dari server kami dengan mitra satelit kami dan mentransfer data,” kata Tsaplin, yang merupakan mitra pengelola dan salah satu pendiri penyedia hosting rusia RUVDS. “Tentu, ini belum menjadi Iridium, namun kami telah membuat beberapa langkah kecil ke arah itu dan itulah tugasnya, untuk melihat betapa realitasnya membangun solusi berbiaya rendah untuk mendapatkan akses dari komputer ke satelit.”

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement