Rabu 24 Apr 2024 20:11 WIB

Beijing Tegaskan Relasi Normal dengan Rusia

Perusahaan China semakin memainkan peran penting dalam menopang perekonomian Rusia.

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin.
Foto: EPA-EFE/MARK R. CRISTINO
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin menegaskan, China memiliki hubungan dagang yang normal dengan Rusia dan tidak ditujukan untuk membantu meraih kemenangan dalam perang di Ukraina.

"Amerika Serikat (AS) terus melontarkan tuduhan yang tidak berdasar mengenai perdagangan dan hubungan ekonomi yang normal antara China dan Rusia, namun (AS) pada waktu yang sama mengesahkan rancangan undang-undang yang memberikan bantuan dalam jumlah besar kepada Ukraina," kata Wang Wenbin saat menyampaikan keterangan kepada media di Beijing, China pada Selasa.

Baca Juga

Hal tersebut disampaikan terkait pemberitaan bahwa Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken akan memperingatkan China soal dukungannya atas militer Rusia. Seorang pejabat senior Kementerian Luar Negeri AS menyebut Blinken akan menyampaikan hal tersebut dalam kunjungannya ke China pada 24-26 April 2024.

"Menyampaikan tuduhan sambil menyalahkan orang lain adalah tindakan munafik dan sangat tidak bertanggung jawab. China dengan tegas menolak hal tersebut," ungkap Wang Wenbin. Soal perang di Ukraina, Wang Wenbin mengatakan sikap China adalah aktif untuk mendorong perundingan perdamaian dan penyelesaian politik.

"China bukanlah pihak yang menimbulkan krisis di Ukraina atau pun pihak yang terlibat. Kami tidak pernah mengobarkan api atau mencari keuntungan sendiri dan kami tentu saja tidak akan mau menjadi kambing hitam," tegas Wang Wenbin.

Wang Wenbin mengatakan bahwa hubungan ekonomi China dan Rusia tidak boleh diganggu karena hal tersebut adalah hak China yang tidak boleh dilanggar. "Mengobarkan api atau menjelek-jelekkan pihak lain seperti tindakan AS bukanlah cara untuk menyelesaikan masalah Ukraina. Hanya dengan mengakomodasi permasalahan keamanan semua pihak dan menciptakan arsitektur keamanan Eropa yang seimbang dan efektif melalui dialog dan negosiasi, maka akan ada kemajuan," ungkap Wang Wenbin.

Kunjungan Menlu Blinken ke China, kata Wang Wenbin adalah upaya dari kedua negara untuk mencapai pemahaman yang sudah dicapai sebelumnya oleh kedua presiden di San Francisco, AS. "Kedua negara akan fokus untuk menyampaikan pemahaman bersama kedua presiden di San Francisco dan pembicaraan telepon baru-baru ini serta bertukar pandangan mengenai hubungan bilateral dan isu-isu internasional dan regional dalam kerangkan kepentingan bersama," tambah Wang Wenbin.

Perusahaan-perusahaan China disebut-sebut semakin memainkan peran penting dalam menopang perekonomian Rusia yang sedang kesulitan dan meningkatkan kemampuan militernya. Termasuk melalui perdagangan barang untuk digunakan di medan perang di Ukraina.

Data dari tahun lalu menunjukkan bahwa barang-barang komersial China yang juga digunakan untuk keperluan militer seperti drone, helm, rompi dan radio telah melonjak. Beijing menyediakan peralatan yang berguna secara militer seperti drone, helm, rompi, dan radio, sehingga memperpanjang kelangsungan perang Presiden Vladimir Putin melawan Ukraina.

Negara-negara Barat kini khawatir Rusia akan menang melawan Ukraina dalam perang ini. Pejabat senior Kemenlu AS juga menyebut ancaman soal bank-bank China akan kehilangan akses terhadap dolar dengan harapan bank-bank dapat mengubah kebijakannya atas Rusia mengingat bank di China berfungsi sebagai perantara utama untuk ekspor komersial ke Rusia, menangani pembayaran dan memberikan kredit kepada perusahaan klien untuk transaksi perdagangan.

"Saya ingin menegaskan kembali bahwa kami dengan tegas menentang tindakan munafik AS yang mengobarkan api sambil mengalihkan kesalahan pada China. China berhak atas perdagangan normal dan kerja sama ekonomi dengan Rusia dan negara-negara lain," tegas Wang Wenbin.

 

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement