Kamis 25 Apr 2024 17:06 WIB

Rumitnya Hubungan AS-China Saat Blinken Memulai Kunjungan

Menteri Keuangan AS Janet Yellen juga berkunjung ke Beijing dan Guangzhou.

Rep: Lintar Satria/ Red: Setyanavidita livicansera
  Menteri Luar Negeri Antony Blinken dan Duta Besar AS untuk Tiongkok Nicholas Burns berjalan melalui Taman Yu di Shanghai, China, Rabu, (24/4/2024).
Foto: AP Photo/Mark Schiefelbein
Menteri Luar Negeri Antony Blinken dan Duta Besar AS untuk Tiongkok Nicholas Burns berjalan melalui Taman Yu di Shanghai, China, Rabu, (24/4/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, SHANGHAI -- Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken tiba di Shanghai dalam upaya memperkuat hubungan AS-Cina. Kunjungan ini digelar saat masih banyak masalah yang belum selesai yang mengancam stabilitas hubungan dua perekonomian terbesar di dunia.

Blinken akan bertemu dengan pemimpin-pemimpin bisnis sebelum menuju Beijing pada Jumat (26/4/2024) untuk bertemu Menteri Luar Negeri Cina Wang Yi dan kemungkinan bertemu Presiden Xi Jinping. Kunjungan Blinken pada Rabu (24/4/2024) merupakan kontak tingkat tinggi terbaru dua negara yang sedang berusaha menyelesaikan berbagai isu, mulai dari perdagangan global sampai komunikasi militer.

Baca Juga

Isu-isu itu mendorong hubungan Washington-Beijing ke titik terendah tahun lalu. Upaya dua pemerintah meningkatkan hubungan hanya menghasilkan sedikit kemajuan. Salah satunya menahan pasokan bahan kimia dari Cina yang digunakan untuk memproduksi fentanyl.

Taiwan dan dukungan Cina pada Rusia dalam perangnya di Ukraina masih menjadi titik perselisihan. Dosen Lee Kuan Yew School of Public Policy Alfred Wu mengatakan meski kecil kemungkinannya kunjungan ini akan memberikan hasil signifikan.

Namun dua negara ingin jalur komunikasi yang terbuka untuk menghindari skenario yang canggung. Blinken akan menekan Cina agar perusahaan-perusahaannya berhenti mengirimkan pasokan dan alat ke industri pertahanan Rusia.

Moskow menginvasi Ukraina pada Februari 2022 beberapa hari setelah menyepakati kemitraan "tanpa batas" dengan Beijing. Meski Cina menghindari memberikan senjata, pemerintah AS memperingatkan perusahaan-perusahaan Cina mengirimkan peralatan dwi-fungsi yang dapat digunakan untuk keperluan sipil maupun militer.

Rusia menggunakan pasokan ini untuk perangnya di Ukraina. Tanpa memberikan penjelasan lebih lanjut, pejabat senior Departemen Luar Negeri AS yang memberikan pengarahan pada wartawan, Jumat (19/4/2024) lalu mengatakan Washington bersiap "mengambil langkah" menghadapi perusahaan Cina yang diyakini merugikan keamanan AS dan Eropa.

AS sempat membahas sanksi-sanksi yang akan dijatuhkan pada bank-bank Cina yang mendukung Rusia. Tapi pejabat AS mengatakan pemerintah belum berencana melakukannya. Sejauh ini Washington tidak memberikan sanksi pada bank-bank besar Cina karena dapat berdampak pada perekonomian dunia dan hubungan AS-Cina.

Kantor berita Cina, Xinhua mengutip pejabat Kementerian Luar Negeri Cina yang mengatakan sejak pertemuan Presiden AS Joe Biden dan Xi Jinping bulan November lalu hubungan dua negara mulai berhenti mengalami penurunan dan mulai stabil. Namun pejabat itu mengkritik Washington.

"Terutama strategi keras kepala (AS) dalam membendung Cina, dan kata-kata dan niat yang salah untuk mengintervensi urusan internal Cina, merusak citra Cina dan merugikan kepentingan Cina," katanya. Kunjungan ini juga dilakukan setelah Kongres AS menyetujui legislasi yang mencakup bantuan dana baru untuk Taiwan.

Serta kurang dari satu bulan sebelum Presiden Taiwan yang baru Lai Ching-te dilantik. Seperti pendahulunya Lai juga menolak klaim kedaulatan Cina. Pejabat Departemen Luar Negeri AS mengatakan semua pihak harus "menghindari tindakan provokatif yang mungkin menaikan ketegangan dan menahan diri" sebelum pelantikan.

"Itu mungkin akan menjadi pesan kami ke depannya," kata pejabat tersebut. Upaya memaksa ByteDance menjual media sosial TikTok atau dilarang di AS juga menambah ketegangan ekonomi antara Washington dan Beijing.

Blinken juga diperkirakan akan mengangkat masalah pelanggaran hak asasi manusia termasuk perlakuan Cina pada minoritas muslim di wilayah Xinjiang. Beberapa waktu terakhir pejabat AS yang lain juga bertemu dengan pejabat-pejabat Cina untuk membuka jalur komunikasi.

Pada awal bulan ini Menteri Keuangan AS Janet Yellen berkunjung ke Beijing dan Guangzhou. Pekan lalu Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin berbicara dengan menteri pertahanan Cina untuk pertama kalinya dalam 18 bulan.

Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih Jake Sullivan juga kerap berbicara dengan Wang Yi. Dalam upaya mengelola persaingan udara negara. Washington dan Cina berusaha memiliki tujuan yang di beberapa isu termasuk konflik Timur Tengah.

Setelah Israel menyerang kantor konsulat Iran di Suriah pada awal bulan ini, Blinken berbicara dengan Wang, serta dengan perwakilan negara-negara lain yang memiliki hubungan dengan Iran. "Untuk memperjelas eskalasi bukan untuk kepentingan siapa pun, dan negara-negara tersebut harus mendorong Iran untuk tidak melakukan eskalasi," kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS pada 11 April 2024.

Pendiri dan presiden lembaga think tank yang berbasis di Beijing, Center for China and Globalization Wang Huiyao mengatakan kontak-kontak tersebut menunjukkan potensi kedua negara untuk bekerja sama. "Mereka menjual semua minyak mereka ke Cina, jadi ketika Cina mengatakan, 'Oke, Anda hentikan saja,' maka mereka harus memikirkannya," kata Wang mengenai Iran. 

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement