REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Surat kabar Israel, Times of Israel mengatakan salah satu unit infantri penting Israel, Brigade Nahal mundur dari Gaza. Harian itu menambahkan unit tersebut bersiap untuk menggelar invasi ke Rafah.
Dikutip dari Aljazirah, Kamis (25/4/2024), Times of Israel mengatakan brigade yang baru-baru ini menyelesaikan lima operasi di Gaza tengah sekarang diberi waktu untuk istirahat, berlatih dan meninjau rencana "serangan masa depan." Pada Rabu (24/4/2024) kemarin pejabat senior pertahanan Israel mengatakan militer sepenuhnya siap bergerak ke Rafah dan hanya menunggu perintah dari pemerintah.
Sementara itu pejabat medis PBB memperingatkan serangan ke Rafah yang menampung lebih dari 1,5 juta pengungsi akan mengakibatkan bencana kemanusiaan yang tak terbayangkan. Sementara itu, pengungsi Gaza mengatakan mereka harus berpindah-pindah untuk mencari tempat yang aman.
Ayah tiga anak, Mohammad Naser mengatakan ia meninggalkan Rafah dua pekan yang lalu dan kini tinggal di penampungan pengungsi di Deir el-Balah untuk menghindari invasi mendadak Israel dan kemudian tidak bisa melarikan diri. "Kami melarikan diri dari satu jebakan ke jebakan yang lain, mencari tempat yang Israel sebut aman sebelum mereka mengebomnya, ini seperti permainan tikus dan jebakan. Kami mencoba beradaptasi dengan kenyataan yang baru, berharap akan menjadi lebih baik, tapi saya meragukan itu," kata Nasser.
Sejumlah orang yang keluar dari Rafah masih sedikit karena masih banyak yang bingung kemana lagi mereka harus pergi. Pengungsi mengatakan pengalaman mereka sepanjang perang yang sudah berlangsung 200 hari ini mengajarkan mereka tidak tepat yang aman.
Seorang pejabat pertahanan Israel mengatakan Israel siap untuk mengevakuasi warga sipil sebelum menggelar serangan dan sudah membeli 40 ribu tenda yang masing-masing dapat menampung 10 sampai 12 orang. Ia menambahkan satu-satunya yang tersisa hanya perintah Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.