Jumat 03 May 2024 16:40 WIB

Hamas Kunjungi Mesir untuk Lanjutkan Pembicaraan Gencatan Senjata

Hamas datang untuk mencapai kesepakatan yang memenuhi tuntutan rakyat Palestina.

Red: Setyanavidita livicansera
Seorang warga Palestina memulihkan rumahnya yang hancur di Khan Yunis setelah tentara Israel menarik pasukannya dari Jalur Gaza selatan, (2/5/2024).
Foto: EPA-EFE/HAITHAM IMAD
Seorang warga Palestina memulihkan rumahnya yang hancur di Khan Yunis setelah tentara Israel menarik pasukannya dari Jalur Gaza selatan, (2/5/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Delegasi kelompok pejuang Palestina, Hamas, akan segera berkunjung ke Mesir untuk melanjutkan pembicaraan tidak langsung dengan Israel untuk gencatan senjata di Jalur Gaza. Rencana ini disampaikan menyusul percakapan telepon antara pemimpin Hamas Ismail Haniyeh dan Kepala Intelijen Mesir, Abbas Kamel.

Berdasarkan pernyataan Hamas pada Kamis (2/5/2024), Hayeh mengatakan kepada Kamel bahwa sekelompok delegasi akan segera kembali ke Mesir untuk melanjutkan pembicaraan yang sedang berlangsung. Hal ini dilakukan untuk mencapai kesepakatan yang memenuhi tuntutan rakyat Palestina dan menghentikan agresi Israel.

Baca Juga

Haniyeh juga melakukan panggilan telepon dengan Perdana Menteri Qatar Mohammed bin Abdulrahman Al Thani dan mereka sepakat untuk melanjutkan diskusi yang sedang berlangsung terkait gencatan senjata. Pembicaraan tidak langsung antara Israel dan Hamas telah dilakukan di Mesir dan Qatar, yang bertujuan untuk mencapai kesepakatan yang mencakup pertukaran tahanan, yang mana tawanan Israel akan dibebaskan dengan imbalan pembebasan warga Palestina dari penjara-penjara Israel.

Tel Aviv yakin bahwa lebih dari 130 warga Israel ditahan di Gaza, sementara Israel menahan sekitar 9.100 warga Palestina di penjaranya. Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken mengatakan pada Senin (29/4/2024), Israel memberikan tawaran “murah hati” kepada Hamas untuk membebaskan warga Israel yang ditawan, yang berpotensi mengarah pada gencatan senjata di Gaza.

Tawaran baru tersebut mencakup kesediaan Israel untuk membahas “pemulihan ketenangan berkelanjutan” di Gaza setelah pembebasan awal sandera atas dasar kemanusiaan, kata dua pejabat Israel kepada situs berita Axios.

Israel telah melancarkan serangan tanpa henti di Gaza menyusul serangan lintas batas oleh kelompok Hamas Palestina pada 7 Oktober lalu. Serangan Hamas disebut Israel menewaskan sekitar 1.200 korban.

Lebih dari 34.500 warga Palestina telah terbunuh dan ribuan orang lainnya terluka akibat kehancuran massal dan kurangnya kebutuhan pokok di Gaza. Israel juga telah memberlakukan pengepungan yang melumpuhkan wilayah kantong Palestina tersebut, hingga menyebabkan sebagian besar penduduknya, khususnya penduduk Gaza utara, berada di ambang kelaparan.

Israel dituduh melakukan genosida di Mahkamah Internasional (ICJ), yang pada bulan Januari mengeluarkan putusan sela yang memerintahkan Tel Aviv untuk menghentikan tindakan genosida dan mengambil tindakan untuk menjamin bahwa bantuan kemanusiaan diberikan kepada warga sipil di Gaza.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement