Sabtu 04 May 2024 12:10 WIB

Gelombang Panas Sebabkan Kebakaran Hutan Skala Besar di Nepal

Kebakaran hutan di Nepal kian parah dampak dari gelombang panas.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Nora Azizah
Asap mengepul setelah kebakaran terjadi di dalam kawasan kumuh (ilustrasi).
Foto: EPA-EFE/DIVYAKANT SOLANKI
Asap mengepul setelah kebakaran terjadi di dalam kawasan kumuh (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Petugas pemadam kebakaran dan penduduk setempat berjuang memadamkan kebakaran hutan skala besar di dekat ibu kota Nepal, beberapa waktu lalu. Menurut pihak berwenang, gelombang panas yang melanda Nepal membuat musim kebakaran hutan terjadi lebih parah.

Nepal mengalami serentetan kebakaran hutan setiap tahunnya, biasanya dimulai pada bulan Maret, namun jumlah dan intensitasnya semakin memburuk dalam beberapa tahun terakhir, seiring dengan perubahan iklim yang menyebabkan musim dingin menjadi lebih kering.

Baca Juga

Petugas bekerja sepanjang malam untuk memadamkan api yang melanda kawasan hutan di Lalitpur, di pinggiran Selatan Lembah Kathmandu.

Lebih dari 4.500 kebakaran hutan telah dilaporkan pada tahun ini di seluruh negeri, hampir dua kali lipat dibandingkan tahun lalu menurut data pemerintah. Akan tetapi lebih kecil dari musim kebakaran terburuk yang pernah tercatat pada tahun 2021.

“Kebakaran hutan telah meningkat dalam rasio yang tidak terbayangkan, dan musim ini diperkirakan akan berlangsung selama satu bulan lebih. Sulit untuk memadamkan api karena medan yang sulit,” kata Sundar Prasad Sharma dari Badan Nasional Pengurangan Risiko dan Manajemen Bencana, seperti dilansir Channel News Asia, Sabtu (4/5/2024).

Juru bicara Kementerian Lingkungan Hidup Nepal, Badri Raj Dhungana, mengatakan bahwa peningkatan jumlah kebakaran hutan tahun ini disebabkan oleh kekeringan berkepanjangan dan kondisi gelombang panas di dataran selatan Nepal.

“Umumnya, puncak kebakaran hutan terjadi pada akhir April, namun tahun ini kebakaran hutan masih meningkat karena kenaikan suhu,” ujarnya.

Penelitian ilmiah yang ekstensif menemukan bahwa perubahan iklim menyebabkan gelombang panas menjadi lebih lama, lebih sering, dan lebih intens

Sebagian besar wilayah Asia Selatan dan Tenggara telah dilanda gelombang panas sejak bulan lalu, dan fenomena El Nino juga menyebabkan cuaca yang sangat panas tahun ini.

Suhu telah meningkat di atas 40 derajat Celcius di kota ziarah Buddha, Lumbini, dan wilayah lain di selatan, dengan perkiraan cuaca yang lebih panas dalam beberapa hari ke depan.

Lebih dari seratus sekolah di selatan kota Butwal ditutup pada Kamis selama dua hari, karena kekhawatiran gelombang panas akan berdampak pada kesehatan siswa.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement