Jumat 03 May 2024 14:05 WIB

Pekerja Lapangan di Thailand Mulai Keluhkan Gelombang Panas

Para pekerja di Thailand mulai takut terkena 'heatstroke'.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Nora Azizah
Cuaca panas (ilustrasi).
Foto: www.freepik.com
Cuaca panas (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di Siam Square di pusat kota Bangkok, Suriyan Wongwan, berkeringat saat menunggu untuk mengambil makanan yang akan diantar dengan sepeda motor, ketika Thailand dilanda gelombang panas.

"Saya takut terkena heatstroke," kata pria berusia 51 tahun ini saat suhu udara mencapai 37 derajat Celcius, dan kelembaban udara membuat suhu udara menjadi 43 derajat Celcius.

Baca Juga

Sebagian besar wilayah Asia Tenggara tengah berjuang menghadapi gelombang panas yang telah memecahkan rekor suhu dan memaksa jutaan anak untuk tinggal di rumah karena sekolah-sekolah ditutup.

Para ahli mengatakan bahwa perubahan iklim membuat gelombang panas menjadi lebih sering terjadi, lebih lama dan lebih kuat, sementara fenomena El Nino juga menyebabkan cuaca yang sangat panas tahun ini.

Di antara mereka yang paling terpukul adalah para pekerja lepas yang mengharuskan mereka berada di luar ruangan sepanjang hari, seperti para pengendara sepeda motor yang mengantarkan makanan dan menawarkan tumpangan di jalanan Bangkok yang macet.

"Perlindungan diri saya adalah dengan minum lebih banyak air, sehingga saya dapat membawa diri saya dan tidak pingsan. Dalam cuaca panas seperti ini, saya minum setiap kali memarkir sepeda motor," kata Suriyan seperti dilansir Channel News Asia, Jumat (3/5/2024).

Pusat perbelanjaan ber-AC tempat ia mengambil pesanan makanan menawarkan kelonggaran. Akan tetapi, ia juga khawatir perubahan suhu yang cepat berisiko membuatnya sakit.

Isara Sangmol adalah salah satu dari legiun "win motosai" atau pengendara ojek di kota ini dan telah melakukan pekerjaan ini sejak berusia 17 tahun. Saat ini, ia minum empat atau lima botol air sehari untuk menjaga tubuh tetap terhidrasi, dua kali lipat dari biasanya.

"Kita perlu tidur yang cukup untuk bekerja, jika tidak, suhu panas akan mempengaruhi tubuh dan kesehatan kita," ujar pria berusia 48 tahun ini sambil meneguk air dari sebuah gelas.

Ia menunggu pelanggan di sore hari di sebuah kios sepeda motor yang menawarkan tempat teduh. "Jika cuaca terlalu panas, saya bisa melepas jaket pengenal ojek dan masuk ke dalam mal untuk menyejukkan diri," kata dia.

Seksith Prasertpong telah mengantarkan makanan untuk aplikasi Line Man selama dua tahun terakhir dan mengatakan bahwa cuaca panas membuat pekerjaannya menjadi lebih sulit.

"Saya harus lebih sering mencuci muka, pergi ke toilet dan minum air dingin secara teratur," kata pria berusia 38 tahun itu.

Meskipun suhu panas mereda di siang hari, Seksith mengatakan bahwa mengubah jam kerjanya bukanlah sebuah pilihan.

"Upah kami memang rendah. Tetapi semakin banyak kami bekerja, semakin banyak pula penghasilan kami," ujarnya.

Dia ingin melihat adanya insentif bagi pengendara selama cuaca panas, seperti yang terjadi saat ini saat hujan lebat ketika tarif pengantaran dinaikkan.

Suriyan juga berpendapat bahwa tarif seharusnya dinaikkan untuk mencerminkan kesulitan pekerjaan. “Bahkan dalam cuaca panas sekalipun, pengendara seperti saya masih harus bekerja karena kami membutuhkan uang untuk menjalani kehidupan sehari-hari terutama sekarang ketika segala sesuatu semakin mahal,” kata dia.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement