Sabtu 04 May 2024 14:10 WIB

Data Citra Satelit Bisa Digunakan Meminimalisir Dampak Bencana Longsor

Longsor menjadi bencana dengan frekuensi tinggi di Indonesia.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Nora Azizah
Warga melakukan pencarian korban tanah longsor (ilustrasi).
Foto: ANTARA FOTO/Arnas Padda
Warga melakukan pencarian korban tanah longsor (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bencana longsor di Indonesia pada tahun 2024 memiliki frekuensi yang sangat tinggi dengan 183 kejadian hingga April, menurut data BNPB. Longsor juga memiliki frekuensi paling tinggi dibandingkan bencana alam lainnya, seperti banjir, abrasi, angin puting beliung, dan gempa bumi.

BNPB mencatat, dalam 10 tahun terakhir tepatnya 2015-2024, tanah longsor sangat tinggi kejadiannya yang mencapai 7024 kejadian. Sebagai bentuk antisipasi bencana longsor, Plt Kepala Pusat Riset Geoinformatika (PRG) BRIN, M Rokhis Khomarudin, mengatakan bahwa masyarakat bisa memanfaatkan data citra satelit.

Baca Juga

Menurut dia, ada banyak satelit data penginderaan jauh yang memotret permukaan bumi dan bisa dimanfaatkan seluas-luasnya oleh masyarakat.

“Sekarang banyak data satelit yang spasial resolusinya sangat tinggi, seperti rumah sudah bisa kelihatan, bisa mendeteksi beberapa obyek penting yang dulunya hanya digunakan dengan foto udara. Melalui citra satelit kita sudah bisa mendeteksi daerah dengan resolusi spasial yang tinggi,” ungkap Rokhis dalam keterangan tertulisnya, dikutip Sabtu (4/5/2024).