Selasa 07 May 2024 05:17 WIB

Keutamaan Bulan Dzulhijjah

10 hari awal Dzulhijjah tersebut menjadi hari berkunjung ke Baitullah.

Rep: Mgrol150/ Red: Muhammad Hafil
Musim haji di bulan Dzulhijjah (ilustrasi).
Foto: Reuters
Musim haji di bulan Dzulhijjah (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Seluruh umat muslim di seluruh dunia akan bertemu bulan Dzulhijah dalam kalender Islam dan bulan tersebut juga memiliki keutamaan di dalamnya. Terdapat waktu – waktu tertentu yang dapat menambah pahala bagi umat muslim yang berlomba – lomba untuk melakukan suatu kebaikan, yaitu pada 10 hari pertama Dzulhijah.

Bagi seorang umat muslim yang melaksanakan semua kebaikan serta ketaatan akan menjadikan hal tersebut ibadah yang sangat besar pahalanya. Allah SWT memberikan kenikmatan yang sangat besar dan harus dapat syukuri, karena hal tersebut belum tentu akan ditemukan pada waktu – waktu yang lain. Dalam surat Al Fajr ayat 1 dan 2, Allah SWT berfirman,

Baca Juga

وَالْفَجْرِ (1) وَلَيَالٍ عَشْرٍ (2) 

Arab Latin: Wal-fajr(i). Wa layālin ‘asyr(in).

Artinya: “Demi fajar; Demi malam yang sepuluh.”

Untuk memahami maksud dari ayat tersebut, para ulama tafsir memiliki pendapat yang berbeda – beda. Terdapat pendapat yang shahih seperti yang disampaikan oleh Imam Ibnu Katsir yang mengatakan, bahwa malam yang kesepuluh tersebut ialah 10 hari pertama di bulan Dzulhijah.

Dikutip dari buku karya Fakhruddin Ar Razi yang berjudul, Tafsir Mafatihul Ghaib menjelaskan pendapat pertama karena Nabi Muhammad SAW sangat menjaga 10 malam terakhir di Ramadhan. Tidak hanya itu, di antara malam-malam itu juga bertepatan dengan Lailatul Qadar. Menurut pendapat kedua karena pada Muharram terdapat hari yang sangat mulia, yaitu hari Asyura. Sedangkan alasan pendapat ketiga karena pada Dzulhijjah bertepatan dengan kesibukan umat Islam dalam menjalankan pilar Islam yang kelima, yaitu ibadah haji ke Baitullah.

Keutamaan yang dapat dirasakan pada bulan Dzulhijah adalah pada bulan tersebut, semua umat muslim berkumpul di Mekkah untuk menunaikan ibadah haji. Dalam rangka untuk mensucikan Allah SWT dari segala sekutu dan kekurangan. Ibadah haji wajib dilaksanakan jika memiliki kemampuan secara fisik ataupun finansial dan menunaikan shalat Idul Adha bagi yang tidak mampu melaksanakan haji. Maka, Allah SWT akan memberikan pahala yang besar bagi mereka yang mengerjakannya dan dapat menikmati hasilnya di akhirat nanti.

“Karena 10 hari awal Dzulhijjah tersebut menjadi hari berkunjung ke Baitullah, sementara suatu waktu apabila lebih mulia dari waktu yang lain, maka amal kebaikan di dalamnya juga lebih utama,” kata Syekh Muhammad Abdurrahman, dikutip dari kitab Tuhfatul Ahwadi, Senin (06/05/2024). 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement