REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Sebuah laporan terbaru menemukan bahwa bank-bank besar mendanai bahan bakar fosil sebesar hampir 7 triliun dolar AS sejak Perjanjian Paris. Laporan tahunan Banking on Climate Chaos (BOCC) yang ke-15 ini melihat bagaimana 60 bank swasta teratas di dunia melakukan penjaminan dan memberikan pinjaman kepada lebih dari 4.200 perusahaan bahan bakar fosil, serta mendanai perusahaan-perusahaan yang menyebabkan degradasi Amazon dan Arktik.
Penelitian mereka menemukan sejak Perjanjian Paris untuk membatasi pemanasan global ditandatangani pada tahun 2016, bank-bank ini telah mendanai bahan bakar fosil sebesar 6,9 triliun dolar AS. Laporan tersebut mengatakan bahwa 3,3 triliun dolar AS (hampir setengah dari jumlah tersebut) digunakan untuk ekspansi bahan bakar fosil.
Laporan yang ditulis oleh para peneliti dari BankTrack, Centre for Energy, Ecology and Development, Indigenous Environmental Network, Oil Change International, Sierra Club, dan Urgewald ini didukung oleh hampir 600 organisasi di 69 negara.
Terlepas dari komitmen untuk menurunkan emisi melalui Net Zero Banking Alliance pada tahun 2021, pembiayaan untuk perusahaan bahan bakar fosil dari bank-bank terkemuka dunia mencapai 705 miliar dolar AS tahun lalu. Sebanyak 347 miliar dolar AS digunakan untuk ekspansi bahan bakar fosil.
Bank-bank AS menduduki peringkat teratas dalam daftar penyandang dana terbesar pada tahun 2023 dengan kontribusi sebesar 30 persen dari jumlah total. JP Morgan Chase menduduki peringkat teratas secara keseluruhan dengan hampir 41 miliar dolar AS yang diberikan kepada perusahaan bahan bakar fosil tahun lalu dan Bank of America berada di posisi ketiga. Bank Jepang Mizuho berada di posisi kedua dengan 37,1 miliar dolar.
"Bank-bank yang mendapatkan keuntungan dari kekacauan iklim menciptakan greenwash baru setiap tahun, namun kami memiliki bukti yang menunjukkan berapa banyak uang yang mereka keluarkan untuk bahan bakar fosil," ujar salah satu penulis laporan, April Merleaux, seperti dilansir Euro News, Selasa (14/5/2025).
Menurut laporan tersebut, bank-bank Eropa menyumbang lebih dari seperempat dari total pembiayaan bahan bakar fosil pada tahun 2023. Barclays adalah penyandang dana bahan bakar fosil terbesar di Eropa pada tahun 2023, dengan menyediakan 24,2 miliar dolar AS. Bank ini juga berada di urutan kedelapan dalam peringkat bank-bank teratas yang mendanai bahan bakar fosil sejak Perjanjian Paris.
Santander adalah yang terbesar kedua di Eropa dengan 14,5 miliar dolar AS pada tahun 2023 dan Deutsche Bank berada di urutan ketiga dengan 13,4 miliar dolar AS.
"Bank-bank Eropa suka mengklaim bahwa mereka menunjukkan kepemimpinan dalam hal tindakan terhadap perubahan iklim, tetapi mereka terus menyalurkan dana untuk ekspansi bahan bakar fosil, meskipun sudah ada peringatan yang jelas dari ilmu pengetahuan iklim," ujar salah satu penulis laporan ini, Lucie Pinson, direktur dan pendiri Reclaim Finance.
Pada tahun-tahun sebelumnya, laporan tersebut hanya memberi kredit pada bank-bank yang memegang peranan utama, namun edisi kali ini memberikan kredit kepada semua bank yang memberikan kontribusi finansial dalam sebuah kesepakatan. Para penulisnya mengatakan lembaga-lembaga keuangan tersebut telah dihubungi untuk mengonfirmasi dan diberi kesempatan untuk meninjau kembali kesepakatan-kesepakatan yang dikaitkan dengan mereka.
"Metodologi baru kami mengungkap rincian yang sebelumnya tidak dilaporkan mengenai dukungan bank terhadap bahan bakar fosil dan memberikan alat baru kepada para pegiat untuk meminta pertanggungjawaban mereka," ungkap Merleaux.
Sementara itu, para pengkritik mengatakan bahwa metodologi ini tidak memberikan gambaran yang jelas dan terperinci tentang apa yang dibiayai atau oleh siapa. Mereka mengklaim bahwa hal ini berarti beberapa proyek dekarbonisasi dan dana untuk teknologi transisi sudah termasuk dalam jumlah total.