Selasa 14 May 2024 20:40 WIB

Tunggu Scorpene, KSAL Buka Peluang Beli Lagi Kapal Selam Interim

Laksamana Muhammad Ali memproyeksikan, TNI AL diperkuat 12 kapal selam.

Rep: Antara/ Red: Erik Purnama Putra
KSAL Laksamana Muhammad Ali di Jakarta, Selasa (14/5/2024).
Foto: Antara/Risyal Hidayat
KSAL Laksamana Muhammad Ali di Jakarta, Selasa (14/5/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana Muhammad Ali menyampaikan, TNI AL kemungkinan mengusulkan pembelian kapal selam untuk penggunaan sementara (interim). Hal itu dilakukan sembari menunggu kapal selam baru pesanan Indonesia dari Prancis, yaitu Scorpene rampung dan operasional.

Laksamana Ali menjelaskan, untuk membangun satu kapal selam baru membutuhkan waktu lima sampai tujuh tahun. Sementara saat ini, kapal selam TNI AL yang dalam kondisi siap tempur berjumlah empat unit.

Baca: Danpaspampres Beri Brevet Kehormatan Setia Waspada kepada 28 Perwira TNI AU

Idealnya, sambung dia, TNI AL diperkuat oleh 12 kapal selam untuk menjaga perairan Indonesia yang luasnya mencapai 6,4 juta kilometer persegi. Ali pun tidak menutup kemungkinan membeli kapal dari beberapa negara.

"Karena sebagaimana disampaikan Bapak Menhan (Prabowo Subianto), kita butuh kapal selam yang banyak. Untuk membangun Scorpene membutuhkan waktu tujuh tahun, lima sampai tujuh tahun. Untuk itu, kita harus ada kapal selam interim. Tidak menutup kemungkinan pilihannya dari berbagai negara yang sudah saya kunjungi," kata Ali menjawab pertanyaan wartawan di Jakarta, Selasa (14/5/2024).

Dalam setahun terakhir, Ali bersama beberapa pejabat Markas Besar TNI Angkatan Laut telah berkunjung ke beberapa negara dan bertemu dengan galangan kapal asing untuk melihat teknologi kapal selam konvensional dan kapal selam nirawak (unmanned system). Beberapa negara itu, antara lain Jerman, Uni Emirat Arab, Italia, dan China.

Baca: Cerita Jenderal Wiranto Ceramah di Depan Jenderal Junta Myanmar

"Jadi kami meninjau semua industri galangan kapal selam terkemuka, khususnya untuk kapal selam konvensional ya non-nuklir, tetapi dia sudah menggunakan pendorongan yang modern seperti Lithium-ion battery, atau pendorongan-pendorongan yang lain yang sekarang sedang digiatkan oleh para industri kapal selam," ucap Ali.

ejauh ini, Indonesia diperkuat empat kapal selam, yaitu KRI Cakra-401, KRI Ardadedali-404, KRI Nagapasa-403, dan KRI Alugoro-405. Ke depan, Indonesia bakal diperkuat dua kapal selam Scorpene Evolved produksi Naval Group, Prancis.

Dua unit kapal pesanan Indonesia itu rencananya  dibangun dari awal di galangan kapal PT PAL Indonesia di Kota Surabaya, Jawa Timur. Sejauh ini, dua kapal pesanan Indonesia itu belum dibangun di galangan PT PAL karena masih menunggu kontrak pembelian efektif.

Baca: Bakamla RI Jemput 18 Nelayan Indonesia yang Ditangkap di Australia

"Ini akan dimulai setelah efektif kontrak. Harapannya, bisa langsung dikerjakan di PT PAL dan harapannya juga mulai dari kapal pertama akan dibangun di PT PAL, dan dari pihak Naval Group sudah bersedia untuk membangun kapal selam dari awal di PT PAL," ujar Ali.

Dalam kesempatan yang sama, Ali menyebut, TNI AL pada masa Orde Lama pernah diperkuat oleh 12 kapal selam kelas Whiskey. Namun, kapal selam itu pensiun atau berhenti beroperasi dalam rentang waktu awal 1980-an sampai awal 1990-an, setelah memperkuat TNI AL selama kurang lebih 30 tahun.

Oleh karena itu, Ali yakin untuk saat ini TNI AL perlu diperkuat 12 kapal selam yang siap tempur untuk menjaga perairan Indonesia. Dia pun ingin agar kekuatan itu bisa terpenuhi lagi ke depannya.

Baca: KSAL Kerahkan KRI Teluk Banten-516 Salurkan Bantuan ke Pulau Bawean

"Kalau idealnya harusnya banyak sekali, tetapi yang optimum mungkin 12. Dulu kita punya 12 kapal selam di era Orde Lama, era pemerintahan Presiden Soekarno kita punya 12 kapal selam, dan ke depan kita mungkin punya kapal selam besarnya 12, dan kapal selam lain yang kecil atau unmanned system (kapal selam nirawak) ya," tutur KSAL.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement