Rabu 15 May 2024 13:20 WIB

Nakba: Momen yang Menentukan dalam Sejarah Palestina

Nakbah menjadi pengingat ketidakadilan yang terus berlangsung di Palestina.

Rep: Lintar Satria/ Red: Friska Yolandha
 Nakbah Palestina
Foto: suarapalestina.id
Nakbah Palestina

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nakba, yang diterjemahkan menjadi “bencana” dalam bahasa Arab, merujuk pada pengusiran warga Palestina dari tanah air mereka selama Perang Arab-Israel 1948. Konflik ini muncul dari ketegangan yang meningkat antara orang Arab dan Yahudi di Palestina sepanjang tahun 1930-an dan 1940-an.

Dikutip dari situs resmi PBB dalam upaya untuk menyelesaikan konflik tersebut, PBB mengusulkan solusi dua negara pada tahun 1947. Namun, rencana ini ditolak dunia Arab, yang menyebabkan pecahnya perang pada tahun 1948. Perang ini mengakibatkan perpindahan lebih dari separuh penduduk Palestina yang menjadi pengungsi.

Sejak saat itu, PBB menyerukan kembalinya para pengungsi Palestina ke rumah mereka dan kompensasi atas kerugian mereka. Namun, hal ini belum dilaksanakan, dan warga Palestina terus tergusur oleh pemukiman Israel yang dibangun di wilayah Palestina yang diduduki.

Nakbah menjadi pengingat akan ketidakadilan yang terus berlangsung yang diderita oleh rakyat Palestina. Ini adalah masalah yang kompleks dan emosional yang terus berdampak besar pada wilayah tersebut.

Latar Belakang

Benny Morris dalam 1948: A History of the First Arab-Israeli War menjelaskan perang tahun 1948 hasil yang hampir tak terelakkan dari gesekan dan konflik Arab-Yahudi selama lebih dari setengah abad yang dimulai dengan kedatangan imigran Yahudi pertama dari Eropa Timur pada awal tahun 1880-an di Eretz Yisrael (Tanah Israel), atau Palestina.

Para “Zionis” yang diambil dari Sion, salah satu bukit di Yerusalem, merupakan nama Alkitab untuk Yerusalem dan, lebih jauh lagi, nama untuk Tanah Israel, didorong mimpi mesianis kuno, yang tertanam dalam doa-doa harian agama Yahudi. Mimpi untuk mendirikan kembali negara Yahudi di tanah air kuno.

Namun itu bukan satu-satunya faktor Zionisme, anti-Semitisme Eropa, yang meletus dalam gelombang pembantaian di kekaisaran Tsar, kesadaran nasional, aspirasi, dan pembangunan pada abad ke-19 di Italia dan Jerman, Polandia, Rusia, serta wilayah Kekaisaran Austro-Hongaria yang multinasional juga menjadi latar belakang intelektual, inspirasi, dan panduan bagi para pendiri Zionisme.

"Bangsa Yahudi lahir di Tanah Israel, memerintah wilayah itu selama tiga belas abad, antara tahun 1200 SM dan abad kedua Masehi," tulis Morris dalam buku yang rilis pada tahun 2008 itu.

Kemudian, kata Morris, Bangsa Romawi, yang menaklukkan tanah itu dan menekan pemberontakan Yahudi secara beruntun pada abad pertama dan kedua Masehi, menamai tanah itu Palaestina, diambil dari nama daerah pesisir selatan negara itu, yang dinamai Pleset dalam bahasa Ibrani, atau Filistin dalam bahasa Latin, yang diambil dari nama penghuninya pada milenium kedua sebelum Masehi, yaitu bangsa Filistin.

Ini untuk memisahkan orang....

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement