Rabu 15 May 2024 22:17 WIB

Kemenag Dorong Guru PAI Adaptif di Era Digital

Peran guru PAI di Indonesia sangat strategis.

Rep: Muhyiddin/ Red: Muhammad Hafil
Staf Khusus Menteri Agama (Stafsus Menag) Bidang Media dan Komunikasi Publik, Wibowo Prasetyo yang akrab disapa Gus Bowo di Asrama Haji Indramayu, Jumat (5/5/2023) malam. Gus Bowo mengimbau jamaah haji untuk meninggalkan aktivitas politik saat melaksanakan ibadah haji di Tanah Suci.
Foto: Republika/Fuji E Permana
Staf Khusus Menteri Agama (Stafsus Menag) Bidang Media dan Komunikasi Publik, Wibowo Prasetyo yang akrab disapa Gus Bowo di Asrama Haji Indramayu, Jumat (5/5/2023) malam. Gus Bowo mengimbau jamaah haji untuk meninggalkan aktivitas politik saat melaksanakan ibadah haji di Tanah Suci.

REPUBLIKA.CO.ID,BEKASI -- Staf Khusus Menteri Agama RI (Stafsus Menag), Wibowo Prasetyo mendorong guru Pendidikan Agama Islam (PAI) untuk bisa menyesuaikan diri di era digital sekarang ini. Sehingga, bisa lebih maksimal dalam memberikan pendidikan kepada siswanya. 

Wibowo mengatakan, peran guru PAI di Indonesia sangat strategis dalam membentuk karakter anak didik yang matang di tengah tantangan era digital saat ini. Keteladanan terhadap nilai-nilai spiritual, kepribadian dan kepemimpinan yang ditanamkan para guru PAI menjadi modal kuat membangun generasi bangsa lebih kokoh ke depan. 

Baca Juga

“Namun kuncinya guru PAI harus siap terus meningkatkan kompetensinya dan lebih adaptif terhadap zaman. Sekarang ini era begitu cepat berubah, kalau kita tidak luwes maka akan tertinggal. Digitalisasi di PAI adalah keharusan karena sudah menjadi tuntutan dunia,” ujar Wibowo dalam keterangannya, Rabu (15/5/2024) malam. 

Wibowo mengungkapkan, para guru PAI memiliki posisi strategis karena setiap hari berinteraksi dengan para anak didik yang mayoritas merupakan generasi Z. Menurut Wibowo, lelebihan generasi pengguna aktif internet ini sangat terbuka, toleran, cepat menerima informasi, kritis, multitasking, interaktif dan ambisius. Namun di sisi lain, para generasi Z ini memiliki kecenderungan lemah dalam hal memverifikasi informasi. Imbasnya, mereka mudah menyerap berbagai informasi tanpa menyadari bahwa apa yang mereka terima hoaks atau tidak.

“Di sinilah peran strategis guru PAI agar menjadi penjernih atas berbagai kabar hoaks, termasuk yang berkaitan dengan isu-isu agama. Ini agar menghindarkan anak didik mengalami kesalahan dalam beragama. Generasi Z  ini harus kita kawal karena 2030 mendatang sebagian akan mengganti posisi kita,” ucap Wibowo.

Wibowo mengapresiasi direktorat PAI yang kini telah membuat peta jalan (roadmap) dalam rangka menata pembelajaran agama Islam menjadi lebih berkualitas dan tepat sasaran. Program Satu Data untuk Semua dan Digitalisasi yang masuk dalam peta jalan itu mengindikasikan PAI ke depan akan lebih bersinggungan dengan pemanfaatan kemajuan teknologi. 

“Program ini tepat karena sesuai dengan program besar Satu Data Indonesia pada 2025. Jika semua berbasis digital maka akan meningkatkan aspek transparansi, akuntabel dan lebih terukur. Bahkan potensi penyimpangan atau fraud bisa kita hindarkan,” kata mantan pemimpin redaksi surat kabar di Jawa Tengah ini.

Direktur PAI Kemenag, M Munir menjelaskan, selain mendorong digitalisasi, pihaknya juga akan terus meningkatkan kompetensi dan kualifikasi terhadap guru serta pengawas PAI. Karir maupun kesejahteraan guru dan pengawas juga menjadi perhatian agar mereka lebih fokus dalam bertugas. Program penguatan moderasi beragama juga terus dikembangkan, antara lain membangun ekosistem di tingkat sekolah sampai perguruan tinggi. Demikian pula budaya religius di sekolah juga diperkuat.

“Kurikulum PAI juga terus dibenahi agar lebih membumi dan pola pengajaran menjadi menyenangkan. Program lain adalah kami berupa rebranding PAI dengan memanfaatkan media sosial agar lebih mengakar di benak publik sekaligus memberikan kemanfaatan yang luas,” jelas Munir.

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement