REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Meteorologi AS memprakirakan musim badai Atlantik pada tahun ini dapat menyebabkan tujuh badai besar. Dalam laporan terbarunya, Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional AS (NOAA) memprediksi aktivitas badai di atas normal di cekungan Atlantik tahun ini serta ada kemungkinan 85 persen musim di atas rata-rata dari Juni hingga November.
Sebanyak 17 hingga 25 nama badai telah diperkirakan oleh NOAA. Ini adalah jumlah badai tertinggi yang pernah diproyeksikan oleh badan tersebut dalam prakiraan musimnya, dengan 14 badai yang diperkirakan terjadi pada tahun biasa.
Antara 8 dan 13 badai kemungkinan besar akan menjadi badai dengan kecepatan angin 119 kilometer per jam atau lebih tinggi. Sebanyak tujuh badai dapat menjadi badai kategori tiga atau lebih tinggi dengan kecepatan angin mencapai 179 kilometer per jam atau lebih tinggi, biasanya ada sekitar tiga badai seperti ini dalam satu musim.
Badai Idalia pada tahun lalu (bencana iklim paling merugikan yang melanda AS pada 2023), menyebabkan ribuan orang kehilangan tempat tinggal, termasuk dalam kategori empat dengan kecepatan angin puncak 215 kilometer per jam. Badai Ian yang menerjang Kuba, Florida, dan Carolina pada 2022, menewaskan 161 orang, merupakan badai kategori lima dengan kecepatan angin yang mencapai puncaknya pada 260 kilometer per jam.
Para forecaster mengatakan, mereka memiliki 70 persen keyakinan terhadap prakiraan ini. Administrator NOO Rick Spinrad mengatakan musim ini akan menjadi musim yang luar biasa.
“Semua kondisi yang ada telah mendorong terjadinya musim yang aktif. Tentu saja ini menjadi alasan untuk khawatir,” kata Direktur Layanan Cuaca Nasional Ken Graham seperti dilansir Euro News, Senin (27/5/2024).
NOAA menjelaskan beberapa faktor yang berkontribusi terhadap prediksi mereka tentang musim badai yang di atas rata-rata tahun ini. Hal ini termasuk suhu lautan yang panas dan mendekati rekor di Atlantik, berakhirnya fenomena iklim El Nino terkuat yang pernah diamati, berkembangnya La Nina di Pasifik, berkurangnya angin pasat Atlantik, serta berkurangnya pergeseran angin.
Secara keseluruhan, semua faktor ini cenderung mendukung pembentukan badai tropis di Atlantik. Panas laut yang melimpah di Samudra Atlantik tropis dan Laut Karibia, misalnya, menciptakan lebih banyak bahan bakar untuk perkembangan badai.
Badan ini mengatakan, musim badai ini memiliki potensi untuk monsun Afrika Barat di atas normal, yang dapat menghasilkan gelombang yang menyemai beberapa badai terkuat dan paling lama. Dengan adanya perubahan iklim yang memanaskan lautan di seluruh dunia dan mencairkan es di daratan, naiknya permukaan air laut juga meningkatkan risiko terjadinya badai. "Kenaikan permukaan laut menunjukkan pengaruh aktivitas manusia terhadap potensi kerusakan akibat badai," kata NOAA.
Pada awal tahun ini, beberapa ilmuwan berpendapat bahwa kategori enam kini diperlukan untuk memperhitungkan kekuatan badai yang disebabkan oleh perubahan iklim. Dengan adanya penelitian yang menunjukkan bahwa badai tropis menjadi lebih kuat, skala Saffir-Simpson lima kategori, yang dikembangkan lebih dari 50 tahun yang lalu, mungkin tidak menunjukkan kekuatan sebenarnya dari badai yang paling dahsyat.
Lima badai raksasa di Pasifik sejak 2013 memiliki kecepatan angin 308 kilometer per jam atau lebih tinggi yang akan memasukkannya ke dalam kategori baru. Meskipun belum ada badai Atlantik yang mencapai ambang batas ini, para ahli mengatakan bahwa seiring dengan memanasnya bumi, kondisi yang menyebabkan badai semacam itu akan menjadi lebih kondusif.