Senin 03 Jun 2024 16:41 WIB

Prof Quraish Shihab Jelaskan Cara Islam Posisikan Lingkungan, Alam Raya Bagai Satu Tubuh

Quraish Shihab menjelaskan penafsiran ulama terkait alam semesta.

Rep: Fuji Eka Permana/ Red: Erdy Nasrul
Cendekiawan Islam Indonesia Quraish Shihab.
Foto:

Ayat ini dikomentari oleh pakar-pakar tafsir dalam konteks lingkungan, pakar tafsir Muhammad Husain Thabathaba'i (1904-1981 M), misalnya, antara lain menulis bahwa: Alam raya dengan segala bagiannya yang rinci, saling berkaitan antara satu dengan yang lain bagaikan satu badan dalam keterkaitannya, pada rasa sakit atau sehatnya, juga dalam pelaksanaan kegiatan dan kewajibannya. Semua saling mempengaruhi, dan semua pada akhirnya, sebagaimana dijelaskan Alquran, bertumpu dan kembali kepada Allah SWT.

Apabila salah satu bagian tidak berfungsi dengan baik atau menyimpang dari jalan yang seharusnya ia tempuh, maka akan tampak dampak negatifnya pada bagian yang lain, dan pada gilirannya akan mempengaruhi seluruh bagian. Hal ini berlaku terhadap alam raya dan merupakan hukum alam yang ditetapkan Allah SWT yang tidak mengalami perubahan: termasuk terhadap manusia, dan manusia pun tidak mampu mengelak darinya.

Manusia yang menyimpang dari jalan lurus yang ditetapkan Allah bagi kebahagiaannya, penyimpangannya dalam batas tertentu itu, menjadikan keadaan sekelilingnya termasuk hukum-hukum sebab akibat yang berkaitan dengan alam raya dan yang mempengaruhi manusia ikut terganggu. Hal ini pada gilirannya juga akan menimbulkan dampak negatif. Bila itu terjadi, akan lahir krisis dalam kehidupan bermasyarakat serta gangguan dalam interaksi sosial mereka, seperti krisis moral, ketiadaan kasih sayang, kekejaman bahkan lebih dari itu akan bertumpuk musibah dan bencana alam, seperti keengganan langit menurunkan hujan atau bumi menumbuhkan tumbuhan, banjir dan air bah, gempa bumi dan bencana alam lainnya.

Semua itu adalah tanda-tanda yang diberikan Allah SWT untuk memperingatkan manusia agar mereka kembali ke jalan yang lurus. Kalau mereka enggan kembali, maka di sanalah hati mereka dikunci dan ketika itu mereka menduga bahwa kehidupan itu hanya kehidupan material yang penuh dengan krisis, dan bahwa kehidupan hanya upaya untuk menghadapi alam dan menundukkannya. Ketika itu manusia mengatur hidupnya atas dasar pandangan tersebut, serta berusaha sekuat tenaga dan pikirannya untuk yang dapat menghalangi (menangkal) bencana alam dengan ilmu dan teknologi.

 

 

Tetapi sungguh manusia sangat kufur lagi angkuh ketika mereka menduga bahwa ilmu dan teknologinya akan dapat mengalahkan kekuatan Allah Yang Maha Kuasa. Bagaimana manusia dapat mengalahkan-Nya, sedang manusia dan alam raya semuanya berada di bawah kekuasaan-Nya. Allah juga (hanya Allah, tidak ada yang lain) yang menghubungkan partikel-partikel kecil sampai dengan yang terbesar antara satu dengan yang lain dari seluruh bagian jagat raya ini. Demikian lebih kurang Thabathabai.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

  • Sangat tertarik
  • Cukup tertarik
  • Kurang tertarik
  • Tidak tertarik
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement