REPUBLIKA.CO.ID, Akhir Februari 1964, pemuda berusia 22 tahun berhasil menggetarkan dunia tinju internasional. Adalah Cassius Clay yang mampu mengalahkan juara dunia kelas berat, Sonny Liston.
Pemuda asal Louisville, Kentucky, Amerika Serikat, itu berhasil memastikan gelar juara dunia kelas berat pada ronde ketujuh dalam pertandingan yang digelar di Convention Hall, Miami, Florida, Amerika Serikat, tersebut.
Dari hasil pertandingan ini, Clay kian membuktikan kiprahnya di dunia tinju internasional. Pun dengan kontroversi yang terus menyertai kehidupan Clay, termasuk sikap dan pandangan politiknya soal kebijakan segregasi kulit berwarna dan ras yang diterapkan pemerintah Amerika Serikat pada dekade 1960-an.
Kontroversi ini pun bertambah. Dua hari setelah menjadi juara dunia kelas berat, Clay mengumumkan bergabung ke organisasi pimpinan Elijah Muhammad, Nation of Islam. Sebuah organisasi yang menuntut pemenuhan hak-hak sipil warga kulit hitam Amerika.
Pada saat itu, oleh sebagian besar masyarakat Amerika, Nation of Islam memang dinilai sebagai salah satu organisasi radikal lantaran idenya soal hadirnya sebuah bangsa yang mengakomodasi kulit hitam Amerika dan berpisah sepenuhnya dari Amerika Serikat.
''Saya sempat mendengarkan siaran soal agama Islam dari Elijah Muhammad lewat siaran radio. Saya juga mendengarkan semua menteri-menteri dari Nation of Islam. Tidak ada yang bisa membuktikan jika mereka salah, jadi saya bergabung dengan mereka,'' ujar Clay saat menggelar konferensi pers di Miami Motel.
Bergabungnya Clay ke Nation of Islam benar-benar memberi kekuatan politik baru terhadap organisasi tersebut. Bahkan, salah satu tokoh Nation of Islam, Malcolm X, memberikan pujian kepada Clay. Menurut dia, Clay adalah contoh dari keberhasilan atlet kulit hitam.
"Clay adalah atlet kulit hitam terbaik yang pernah saya tahu, orang yang akan memiliki arti lebih banyak dibanding atlet-atlet sebelumnya. Buat kami, dia lebih dari sekadar Jackie Robinson, karena Robinson adalah pahlawan bagi orang kulit putih,'' ujar Malcom X, seperti dikutip Time.
Seiring bergabungnya Clay ke Nation of Islam, Cassius juga mengganti namanya menjadi Cassius X, sama seperti anggota Nation of Islam lainnya. Akhirnya pada awal Maret 1964, Elijah Muhammad memberikan nama Muhammad Ali kepada Clay.
Clay pun menerima nama itu. Tapi buat Clay, perubahan nama ini bukan sekadar pergantian identitas, tetapi penegasan terhadap sikap politik dan pandangan hidupnya.