Ahad 03 Jul 2016 18:05 WIB

Ambisi Sukarno Hancurkan Peninggalan Belanda

Red: Karta Raharja Ucu
Rute Trem Listrik
Foto:

Ambisi Daendels dapat diwujudkan dengan membangun jalan raya Anyer -Panarukan (1.000 km). Di kala itu belum ada alat-alat berat. Alhasil, batu-batuan dari sungai dan gunung diangkut dengan sapi dan kerbau.

Dia juga membangun alun-alun dan taman terbesar di dunia yang kini bernama Monas. Belanda menamakannya Koningsplein (Lapangan Raja). Sedang Daendels yang kesetiaannya terhadap Prancis tak diragukan, menamakannya Champ de Mars.  

Ketika Indonesia terpilih sebagai tuan rumah Asian Games IV (1962), Bung Karno yang tampaknya tidak begitu senang terhadap peninggalan Belanda, melebarkan jalan raya Jl Thamrin dan Jl Sudirman. Dia memindahkan pusat kota Eropa daerah Rijswijk dan Noordwijk ke arah selatan. Dengan membangun dan melebarkan Jalan Thamrin dan Sudirman. 

Penyelenggara Asian Games di masa Sukarno mengakibatkan sebuah ledakan pembangunan dengan dibangunnya beberapa bangunan penting di kedua jalan tersebut. Jalan Thamrin dan Sudirman oleh Sukarno dijadikan sebagai pintu gerbang Jakarta menggantikan Weltevreden (Rijswijk – Noordwijk)  di masa Belanda. 

Di kedua jalan ini, dibangun Hotel Indonesia berlantai 14, Jembatan Semanggi, Kompleks Olah Raga Senayan termasuk Gelora Bung Karno, yang kala itu merupakan stadion terbesar sejagat. Tahun itu menjadi bukti pembangunan masjid terbesar di Asia (Masjid Istiqlal), jalan raya By Pass, sebuah planetarium, toko serba ada Sarinah, gedung Pola sekalipun harus membongkar kediamannya di Jl Proklamasi 56, tempat proklamasi kemerdekaan dikumandangkan 17 Agustus 1945. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement