Sukarno juga membangun gedung pencakar langit tertinggi di Asia (kala itu) Wisma Nusantara berlantai 29. Di air mancur depan HI dibangun Patung Selamat Datang yang kini menjadi pusat kegiatan aksi dan demo serta Patung Pemuda di Senayan.
Sementara rencana membangun Sukarno Tower yang ambisius dan merupakan menara tertinggi di Ancol tidak terwujud. Sukarno keburu hengkang dan keadaan ekonomi tidak mendukungnya.
Trem bagi Bung Karno dianggap terlalu mengingatkan masa kejayaan Hindia Belanda. Dia menginginkan sebuah transportasi dalam tanah (metro) sebagai ganti trem. Seperti layaknya kereta-kereta bawah tanah di negeri maju.
Bahkan, dia tidak memedulikan permintaan wali kota Sudiro agar jangan seluruhnya jaringan trem dibongkar. Wali kota dari PNI ini minta dipertahankan jaringan Jatinegara–Senen yang padat penumpang. Sementara penggantinya, Gubernur Sumarno menyatakan siap membangun kereta bawah tanah dengan membongkar Stasiun Senen.
Tapi, ketika trem dihapuskan angkutan umum seperti bus dan oplet tidak dapat menampung penumpang yang makin memadati Ibu Kota. Trem Jakarta merupakan peninggalan Batavia Verkeer Maatchappij (BVM) yang pada 1954 menyerahkan seluruh asetnya pada Pemda DKI.