Senin 31 Oct 2016 07:09 WIB

Menapaki Jejak Keturunan Warga Arab di Indonesia

Red: Karta Raharja Ucu
hadramaut
Foto:

Sebelum Boedi Oetomo berdiri (1908), pada 1901 berdiri organisasi Islam modern pertama di Indonesia, Jamiat Kheir. Pendirinya antara lain Sayed Ali bin Ahmad Shahab, kelahiran Pekojan, tempat sekolah itu pertama kali didirikan. Kelahiran Jamiat Kheir mendapat simpati dari tokoh-tokoh nasional seperti HOS Tjokroaminoto (Syarikat Islam) dan KH Ahmad Dahlan (Muhammadiyah).

Sayed Ali, bersama sejumlah pemuka keturunan Arab, pernah mengirimkan para pemuda ke Turki, termasuk putranya, Abdul Muthalib Chehab. Di Turki mereka mendapatkan pendidikan militer dengan harapan sekembalinya ke Indonesia dapat turut memimpin perjuangan melawan Belanda.

Sayang, pada 1923 Kerajaan Ottoman jatuh dan Turki menjadi negara sekuler pimpinan Mustafa Kemal Attaturk. Sekarang ini, kelompok Islam di Turki memiliki seorang Presiden yang dekat dengan Islam dan istrinya memakai jilbab, sesuatu yang sebelumnya sangat diharamkan

Beberapa orang Arab telah mengumpulkan dana sebagai modal pada Tirtoadisuryo untuk mendirikan majalah dagang Medan Prijai di Bandung yang akhirnya mendirikan Sarikat Dagang Islam (SDI) di Jakarta dan Bogor (1911), sebelum yang bersangkutan diundang Samanhudi agar bergabung dengan SDI di Solo (1912).

Tampilnya Partai Arab Indonesia (PAI) pimpinan AR Baswedan dalam arena pergerakan perjuangan kemerdekaan cukup mengejutkan, karena PAI mencita-citakan Indonesia sebagai tanah air keturunan Arab. Sumpah Pemuda Indonesia keturunan Arab ini diikrarkan secara luas pada 1934.

Ikrar tersebut sekaligus menjadi jembatan yang menyatukan kembali kelompok Arabithah dengan Al-Irsyad yang sebelumnya saling cakar-cakaran. Kini masyarakat Indonesia keturunan Arab tidak mau lagi dipecah belah seperti yang pernah terjadi pada masa kolonial Belanda.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement