Petra di Yordania merupakan salah satu peninggalan arkeologi terkemuka di dunia. Situs ini masuk dalam daftar Warisan Dunia (World Heritage) UNESCO dan salah satu The New Seven Wonders of the World.
Petra atau Batra ibu kota Bangsa Nabatea atau Nabataean atau Anbath. Bangsa ini menguasai wilayah luas yakni selatan Suriah, Yordania, sampai Aqaba. Nabatea berjaya pada abad ke-4 Sebelum Masehi (SM) sampai abad ke-1 Masehi. Petra menjadi perlintasan dagang antara Suriah di timur, Laut Tengah dan Eropa di utara, Mesir di barat, dan Arab Saudi di selatan.
Di Petra banyak bangunan monumental yang dibuat dengan cara memotong dan memahat dinding batu atau tebing gunung. Sebagai kota dengan banyak pedagang antar-bangsa, maka bangunannya pun percampuran gaya Suriah, Mesir, Yunani, Romawi, dan lainnya. Kemampuan dan keterampilan mengukir batuan sandstone menghasilkan istana megah, altar, rumah, makam, gedung teater, tempat religi, termasuk sistem pengairan.
Kemampuan memahat dinding batu menjadi bangunan disebutkan dalam Alquran berkenaan Nabi Saleh alaihissalam dan Kaum Tsamud. Apakah mereka tinggal di Petra? Peradaban Petra runtuh pada abad ke-1 M dan hanya tinggal puing bangunannya saja. Pada tahun 1812, J.L. Burckhardt, datang ke Petra dan melaporkan kepada masyarakat Eropa. Petra pun kembali ke pentas dunia. Apakah Petra merupakan sisa peninggalan Kaum Tsamud?
Dalam Alquran Surah Al-A’raf (7): 73-79 dinyatakan Nabi Saleh alaihissalam diutus kepada Kaum Tsamud agar kaum tersebut menyembah Allah subahanawata'ala. Kaum ini mendirikan istana-istana dan memahat gunung-gunungnya untuk dijadikan rumah. Namun, kaum ini membuat kerusakan di muka bumi dan tidak percaya kepada Allah subahanawata'ala. Kaum Tsamud ditimpa gempa dan menjadi mayat-mayat bergelimpangan di tempat tinggal mereka.
Lokasi tempat tinggal Kaum Tsamud dapat diketahui dari hadits Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam ketika Perang Tabuk tahun 630 M. Berkenaan perang ini, antara lain turun ayat Alquran Surah At-Taubah (9): 117-118. Tabuk saat ini provinsi di utara Arab Saudi dan di utara Arab Saudi terdapat Yordania. Tabuk berbatasan dengan Provinsi Madinah di selatan. Dalam Perang Tabuk, Rasulullah melintasi Al-Hijr sekitar 400 kilometer dari Madinah dan 500 kilometer dari Petra.
Hijr atau Al-Hijr atau Hegra oleh Pemerintah Arab Saudi didaftarkan sebagai World Heritage dengan nama Al-Hijr Archaeological Site (Mada’in Salih).
Dikutip dari buku Tafsir Ibnu Katsir, Imam Ahmad meriwayatkan dari Ibnu Umar, ia mengatakan ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam singgah bersama mereka di Hijr dekat bekas permukiman Kaum Tsamud, maka orang-orang mencari air dari sumur-sumur yang dahulu Kaum Tsamud meminumnya.
Hijr atau Al-Hijr atau Hegra oleh Pemerintah Arab Saudi didaftarkan sebagai World Heritage dengan nama Al-Hijr Archaeological Site (Mada’in Salih). Mada’in Salih merupakan bahasa Arab yang berarti Kota Salih. Al-Hijr diakui sebagai World Heritage oleh UNESCO pada 2008.
Al-Hijr sarat berbagai peninggalan arkeologi yang dibuat dengan cara memahat dinding batu. Peninggalan yang dapat disaksikan saat ini mirip yang terdapat di Petra. Selain itu, di daerah Al-Hijr yang kering ini ditemukan kota tempat tinggal yang dilengkapi dengan sumur sebagai sumber air dan oasis untuk kegiatan bercocok tanam.
Dengan mengacu pada hadits, maka Petra bukan tempat tinggal Kaum Tsamud. Kaum Tsamud tinggal di Al Hijr. Namun, peninggalan arkeologi yang dapat disaksikan saat ini di Al-Hijr sebagian besar merupakan peninggalan Bangsa Nabatea.
Wilayah Bangsa Nabatea mencakup Al-Hijr sebagai kota terbesar kedua setelah Petra. Dalam dokumen penominasian Al-Hijr sebagai Warisan Dunia, disebutkan Al-Hijr merupakan peninggalan peradaban Nabatea dari abad ke-1 SM sampai abad ke-1 M.
Patut diperhatikan, periode Nabi Saleh lebih tua dibandingkan Nabi Ibrahim dan nabi lainnya seperti Nabi Ismail, Nabi Ishaq, Nabi Yakub, Nabi Musa, dan Nabi Isa. Nabi Ibrahim hidup pada peradaban Mesopotamia. Peradaban Mesopotamia tertua sekitar abad ke-40 SM atau 4000 SM. Sementara, peradaban Nabatea pada abad ke-1 M kurang lebih merupakan masa hidup Nabi Isa.
Situs atau lokasi Kaum Tsamud telah diketahui, tetapi peninggalannya masih dapat ditelusuri lagi. Dalam arkeologi, situs yang berkali-kali ditempati disebut multicomponent site.
Terdapat kemungkinan bagian luar dinding batu telah berkali-kali dipahat selama beberapa kali peradaban, sehingga pahatan yang tampak saat ini merupakan yang termuda usianya. Peninggalan Kaum Tsamud kiranya dapat ditelusuri di area terbuka dekat dengan sumber air atau sumur dan berada di lapisan tanah di bawahnya yakni yang usianya lebih tua.
Kaum Tsamud merupakan pendahulu Bangsa Nabatea dalam konteks kemampuan memahat dinding batu. Singkatnya, Kaum Tsamud jauh lebih tua dibandingkan Bangsa Nabatea.
PENULIS:
ALI AKBAR, Doktor arkeologi lulusan Universitas Indonesia