REPUBLIKA.CO.ID, JALUR GAZA -- Israel tak henti-hentinya membombardir Jalur Gaza. Serangan Israel terhadap sekolah PBB, UNRWA di Kamp Nuseirat, Gaza tengah, menyebabkan setidaknya 40 warga Palestina terbunuh. Mereka yang meninggal termasuk sembilan wanita dan 14 anak-anak, dan 74 lainnya terluka
Warga sipil Palestina itu menjadi korban aksi barbar Zionis yang tak mempedulikan pengungsi atau pejuang Hamas. Namun yang cukup ironi, menurut analisis CNN seperti dikutip MEE, amunisi yang digunakan Israel dalam serangan berdarah tersebut adalah buatan Amerika Serikat. Padahal Paman Sam adalah negara yang menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia dan menentang beragam kekerasan.
Berdasarkan hasil analisis, pecahan dua bom berdiameter kecil GBU-39 merupakan buatan AS. Analisis menggunakan video yang diambil dari reruntuhan tersebut.
"Most of the missiles that are being used to target us are the pride of the American industry."
The people in Gaza showing remains of American bombs, which were used by Israel to kill children and women in an UNRWA school. pic.twitter.com/pUR220xsXE
— Quds News Network (QudsNen) June 6, 2024
Sementara itu, Tentara Israel mengklaim sekolah tersebut berisi pejuang Hamas. Operasi tersebut menewaskan para pejuang yang terlibat dalam serangan tanggal 7 Oktober di Israel selatan. Namun, mereka yang berlindung di sekolah tersebut menolak klaim Israel. Saksi mengatakan kepada Middle East Eye bahwa tidak ada orang bersenjata di sekolah tersebut.
Para saksi mata juga menggambarkan kekejaman tak terkira yang dilancarkan pasukan penjajahan Israel (IDF). PBB mengatakan 6.000 pengungsi berlindung di dalam gedung ketika terjadi serangan tanpa peringatan. Ibrahim Ayad berada di sekolah tersebut ketika pasukan Israel menargetkannya dengan beberapa roket.
“Saya melarikan diri bersama keluarga saya setelah rumah saya hancur dan kami hidup dalam kondisi kehidupan yang sangat sulit, namun satu-satunya tujuan saya adalah menemukan tempat yang aman untuk anak-anak saya,” katanya kepada The Palestine Chronicle, Jumat (7/6/2024).
Kini, Ayad merasa tidak aman. Sekolah tersebut telah menjadi sasaran lebih dari sebulan yang lalu dan delapan warga Palestina telah terbunuh. Namun pembantaian kemarin bahkan lebih buruk lagi. “Inilah definisi genosida. Mereka menargetkan kami ketika kami sedang tidur. Para pemimpin Israel harus bertanggung jawab atas kejahatan tidak bermoral ini,” katanya.
Bukan kali pertama
Ini adalah laporan kedua dalam seminggu terakhir mengenai penggunaan senjata AS oleh Israel untuk membunuh warga sipil Palestina di Gaza.