REPUBLIKA.CO.ID, JALUR GAZA -- Perserikatan Bangsa-Bangsa telah menambahkan Israel ke dalam daftar global negara-negara dan kelompok bersenjata yang telah melakukan pelanggaran terhadap anak-anak. Demikian menurut utusan PBB untuk Israel, Gilad Erdan.
Kabar masuknya Israel ke dalam daftar tersebut dikeluarkan menyusul perang selama delapan bulan di Gaza, yang diperkirakan menyebabkan lebih dari 13 ribu anak-anak terbunuh.
Daftar ini juga keluarga sehari setelah pengeboman Israel terhadap sebuah sekolah PBB di Gaza tengah, yang menewaskan setidaknya 40 warga Palestina, beberapa di antaranya adalah anak-anak.
Menurut pejabat hak asasi manusia, Hamas juga disebutkan dalam laporan tersebut atas pembunuhan dan penculikan anak-anak dalam serangannya pada 7 Oktober terhadap Israel. Serangan itu menewaskan hampir 1.200 warga Israel.
Erdan “terkejut dan muak” dengan keputusan memalukan yang memasukkan Israel ke dalam daftar tersebut tahun ini. Namun keputusan ini menjadi bagian penting dari laporan tentang anak-anak dan konflik bersenjata yang akan disampaikan kepada dewan keamanan PBB pada Jumat depan.
Laporan tersebut mencakup pembunuhan, pencacatan, pelecehan seksual, penculikan atau perekrutan anak-anak, penolakan akses bantuan dan penargetan sekolah dan rumah sakit.
Laporan tersebut disusun oleh perwakilan khusus Sekjen PBB untuk anak-anak dan konflik bersenjata, Virginia Gamba. Daftar yang dilampirkan dalam laporan ini, secara luas dimaksudkan untuk menyebut dan mempermalukan pihak-pihak yang berkonflik dengan harapan dapat mencegah kekerasan terhadap anak-anak.
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengeluarkan pernyataan bahwa PBB telah menambahkan dirinya ke dalam daftar hitam sejarah.
Israel Katz, Menteri Luar Negeri Israel, memperingatkan bahwa keputusan tersebut akan berdampak pada hubungan negaranya dengan PBB yang sudah sangat tegang.