Selasa 18 Jun 2024 05:48 WIB

Sampai Hari Ini, 136 Jamaah Haji Meninggal Dunia di Tanah Suci, 3 Wafat karena Heat Stroke

Jamaah sakit tahun ini tidak banyak.

Petugas kesehatan mendorong jamaah calon haji Indonesia berkursi roda di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Makkah, Makkah, Arab Saudi, Rabu (12/6/2024). Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Makkah menyiapkan empat tim tenaga kesehatan yang akan bertugas melayani jemaah saat puncak haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna). Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi juga mempersiapkan safari wukuf bagi jamaah haji yang sakit dirawat di KKHI.
Foto: ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan
Petugas kesehatan mendorong jamaah calon haji Indonesia berkursi roda di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Makkah, Makkah, Arab Saudi, Rabu (12/6/2024). Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Makkah menyiapkan empat tim tenaga kesehatan yang akan bertugas melayani jemaah saat puncak haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna). Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi juga mempersiapkan safari wukuf bagi jamaah haji yang sakit dirawat di KKHI.

REPUBLIKA.CO.ID, MINA -- Sampai Senin (17/6/2024) jumlah jamaah haji yang meninggal dunia di Arab Saudi mencapai 136 orang. Tiga di antara jamaah yang meninggal dunia karena heatstroke.

"Mudah-mudahan penanganannya bisa lebih baik terus. Itu artinya kan indikator bahwa kita nanganin pasien-pasien heat stroke-nya lebih bagus," kata Kepala Pusat Kesehatan Haji Kemenkes, Liliek Marhaendro Susilo saat ditemui di Pos Kesehatan di Jalur Jamarot, Mina, Senin.

Sementara jamaah haji yang sakit pada tahun ini cenderung menurun dibandingkan tahun lalu. Indikatornya menurut Liliek adalah bed atau tempat tidur pasien yang disediakan di Pusat Kesehatan Mina tidak semuanya terpakai. Artinya jamaah sakit tidak banyak.

"Dari 20 bed, lima bed nganggur tuh. Jadi itu kan indikator bahwa alhamdulillah masyarakat jamaah kita lebih sehat lah dibandingkan tahun sebelumnya," ujar Liliek.

Ketersedian obat juga masih banyak. Liliek menyebut dari 100 persen kapasitas yang dibawa, belum 50 persennya dipakai. "Stoknya masih banyak" ujar dia.

Menurut Liliek, di Mjna tidak boleh ada kendaraan, sehingga petugas haji di maktab harus berjalan jauh untuk mengambil stok obat. "Itu agak memakan waktu. Itu yang kadang-kadang membuat ketersediaannya di waktu pas mepetnya itu jadi seolah-olah langka," ucap dia.

"Tapi secara umumnya obat masih tercukupi," tambah Liliek.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement