REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Sikap istiqamah diperlukan bagi setiap Muslim hingga akhir hayat. Meski sulit dilakukan, sikap tersebut akan menolong hingga menjadi wafat dalam keadaan baik atau khusnul khatimah.
Abū Muhammad Abdulhaq berkata, “Ketahuilah, sesungguhnya sū'ul-khatimah (akhir kehidupan yang buruk) itu tidak akan menimpa orang yang bersikap istiqamah lahir batin. Hal itu sama sekali tidak pernah terdengar. Tetapi, su'ul- khatimah menimpa orang yang akalnya rusak, atau orang yang terus-menerus melakukan dosa-dosa besar sehingga meninggal dunia tanpa sempat bertobat. Atau, menimpa orang yang semula bersikap istiqamah, tetapi kemudian berubah menyimpang dari jalannya yang lurus tersebut karena memilih jalan lain yang sesat, sehingga hal itulah yang menyebabkan ia bernasib buruk pada bagian akhir hidupnya, misalnya iblis."
Dalam buku Kiamat dalam Perspektif Quran dan Sains terbitan Balitbang Kemenag, ditukil cerita yang dikisahkan Imam al-Qurthubi. Dahulu, pernah terjadi dahulu seorang laki-laki yang rajin beribadah di masjid, sebelum shalat fardu ia selalu mengumandangkan azan. Pada suatu hari seba- gaimana biasanya, ia naik ke atas menara untuk mengumandangkan azan. Kebetulan di bawah menara ada sebuah rumah milik seorang Nasrani yang hidup dalam jaminan keamanan pemerintahan Islam. Dari atas tiba-tiba ia melihat anak gadis pemilik rumah. Karena merasa tertarik, lalu ia tidak jadi azan. Ia turun untuk menemuinya.
Ia masuk ke rumah itu. Gadis putri orang Nasrani itu bertanya kepadanya, ada apa dan apa maunya datang ke rumahnya? Ia menjawab bahwa ia tertarik dengan gadis itu dan telah merampas segenap hatinya. Gadis itu berkata, bahwa ia tidak mau dipermainkan olehnya. Tetapi laki- laki itu menjawab, bahwa ia akan menikahinya. Gadis itu berkata lagi, bahwa ayahnya tidak akan mau mengambilnya sebagai menantu karena mereka berbeda agama. Laki-laki itu Muslim dan gadis itu Nasrani. Karena sudah tergoda dengan gadis itu, akhirnya ia bersedia menjadi orang Nasrani.
Jangan mati kecuali dalam keadaan Muslim...