Hulata juga dilaporkan bahwa militer terindikasi memiliki lebih sedikit amunisi, lebih sedikit suku cadang, lebih sedikit energi dibandingkan sebelumnya. Menurut dia, mereka juga berpikir bahwa jeda di Gaza memberikan lebih banyak waktu untuk bersiap-siap seandainya perang yang lebih besar pecah dengan Hizbullah.
NYT mengatakan, tidak jelas apakah secara langsung pimpinan militer telah menyampaikan pandangannya kepada Netanyahu secara pribadi. Meski demikian, ada sekilas gambaran tentang rasa frustrasi mereka di depan umum, dan rasa frustrasi perdana menteri terhadap para jenderal.Netanyahu dengan tegas menolak proposal gencatan senjata, "karena hal itu dapat meruntuhkan koalisinya", menurut laporan tersebut.
Oleh karena itu, militer takut akan konflik yang berkepanjangan di mana sumber dayanya secara bertahap habis sementara para tawanan tetap ditawan dan para pemimpin Hamas tetap bebas. Dalam skenario ini, membiarkan Hamas berkuasa untuk sementara waktu dengan imbalan pembebasan sandera tampaknya merupakan pilihan yang paling tidak buruk bagi Israel, demikian laporan Hulata. Empat pejabat senior yang berbicara dengan syarat anonimitas setuju dengan pernyataan tersebut.
Pada tanggal 19 Juni, Daniel Hagari, kepala juru bicara militer Israel, mengatakan dalam sebuah wawancara TV bahwa mereka yang berpikir bahwa kita dapat melenyapkan Hamas adalah salah. "Hamas adalah sebuah ide. Hamas adalah sebuah partai politik. Ia berakar di dalam hati masyarakat."
Sementara itu, kepala staf angkatan darat Israel, Herzi Halevi, baru-baru ini mencoba memainkan pencapaian militer, dalam apa yang dikatakan oleh beberapa analis sebagai "upaya untuk menciptakan dalih untuk mengakhiri perang tanpa kehilangan muka," kata NTW.
Laporan tersebut menambahkan bahwa kantor Netanyahu menolak berkomentar. Ia mengatakan dalam sebuah pernyataan pada Senin bahwa Israel hampir melumpuhkan kemampuan militer Hamas, namun tidak mengindikasikan apakah akan membuat perang di Gaza berakhir.