REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL —Kelompok perlawanan Palestina, Hamas, mengatakan bahwa serangan berupa penembakan yang menewaskan tiga petugas keamanan Israel di perbatasan dengan Yordania merupakan respon normal terhadap kejahatan Israel terhadap warga Palestina.
Ketiganya tewas ketika seorang sopir truk melepaskan tembakan di perbatasan Raja Hussein (Allenby) antara Yordania dan Tepi Barat yang diduduki, menurut media Israel.
“Operasi heroik ini adalah respons normal terhadap pembantaian besar-besaran yang dilakukan musuh Zionis Nazi terhadap rakyat kami di Gaza dan Tepi Barat yang diduduki, serta rencana mereka untuk melakukan pengungsian dan Yudaisasi Masjid Al-Aqsa,” kata Hamas dalam sebuah pernyataan, Ahad (8/9).
Hamas menuturkan bahwa serangan tersebut menegaskan penolakan orang-orang Arab terhadap pendudukan Israel, kejahatan serta dukungan mereka atas perlawanan yang berani mereka dalam membela Yerusalem dan Al-Aqsa. Kelompok Palestina menyerukan kepada dunia Arab dan Islam untuk bangkit melawan agresi Israel dan perangnya terhadap warga Palestina di Gaza.
Juru bicara al-Qassam Abu Ubaida pada Ahad juga memuji operasi heroik dan luar biasa yang dilakukan oleh syuhada Yordania, Maher Al-Jazi di penyeberangan perbatasan Karameh. Abu Ubaida menyebutnya sebagai salah satu pahlawan Operasi Badai Al-Aqsha, dilansir dari Al-Mayadeen.
Al-Jazi, yang bekerja sebagai supir truk, menembak dan menewaskan tiga warga Israel di penyeberangan Jembatan Allenby, yang dikenal di pihak Palestina sebagai Penyeberangan Perbatasan Karameh, antara Yordania dan Tepi Barat yang diduduki. Media Israel melaporkan bahwa warga Israel yang terbunuh adalah petugas keamanan yang berada di bawah otoritas penyeberangan tersebut.
Al-Jazi melakukan aksinya setelah memarkir truk di perlintasan untuk pemeriksaan rutin sebelum melanjutkan perjalanan menuju Tepi Barat.“Pistol pahlawan Yordania, dalam membela Al-Aqsa dan rakyat Palestina, terbukti lebih efektif daripada tentara besar dan gudang senjata yang besar,” lanjut Abu Ubaida, mengisyaratkan negara-negara Arab yang dinilai telah meninggalkan Gaza, yang telah mengalami sebelas bulan genosida Israel.
Abu Ubaida lebih lanjut mencatat bahwa operasi tersebut mencerminkan hati nurani umat dan [hasil] dari Badai Al-Aqsha, yang menandakan mimpi buruk yang menanti entitas Zionis di tangan para pahlawan umat.
Serangan pada Ahad tersebut terjadi di tengah serangan mematikan Israel di jalur Gaza yang menewaskan hampir 41.000 orang, sebagian besar perempuan dan anak-anak, dan melukai lebih dari 94.700 lainnya menyusul serangan Hamas pada 7 Oktober tahun lalu.
Israel terus melanjutkan serangan brutal di Jalur Gaza, meskipun ada resolusi Dewan Keamanan PBB yang menyerukan gencatan senjata segera.
Blokade yang terus berlanjut terhadap Gaza telah menyebabkan kekurangan makanan, air bersih, dan obat-obatan, sehingga menyebabkan sebagian besar wilayah tersebut hancur.Israel menghadapi tuduhan genosida atas tindakannya di Gaza di Pengadilan Internasional.