REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menurut Lilik Agus Saputra dalam buku Fitnah Dajjal dan Ya’juj Ma’juj, Nabi Muhammad SAW menyebut fitnah Dajjal sebagai ujian terbesar bagi kehidupan orang beriman. Salah satu tanda kiamat besar itu bukanlah hal yang abstrak, semisal hawa nafsu. Ia termasuk keturunan Nabi Adam AS sehingga adalah seorang manusia.
Namun, Allah menakdirkan bahwa Dajjal memiliki kekuatan yang di atas rata-rata umumnya manusia. Dengan itu, makhluk ini mengaburkan keimanan kaum Muslimin.
BACA JUGA: Heboh Cek Khodam, Seperti Apa Rupa Jin atau Setan? Begini Penjelasan Alquran dan Hadits
Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW bersabda, "Tidak ada ujian di muka bumi sejak Allah ciptakan Adam yang lebih besar melebihi fitnah Dajjal. Dan sungguh, setiap Allah mengutus seorang nabi, pasti dia akan mengingat umatnya akan bahaya Dajjal" (HR Ibnu Majjah).
Letak bahayanya Dajjal bukan terutama karena ia akan membantai umat Islam. Justru, makhluk ini akan membiarkan mereka hidup. Selanjutnya, ia dengan sangat kuat akan memperdaya mereka agar meninggalkan iman dan Islam.
Ada beberapa hadis yang menyatakan bahwa Dajjal lebih fokus menyesatkan kaum Muslimin daripada membunuh mereka. Di antaranya adalah sebagai berikut.
Pertama, Dajjal menyebarkan pemikiran yang menyimpang. Otak manusia dibuat kalang kabut untuk mempercayai kekuatannya.
Rasulullah SAW bersabda, "Jika saat Dajjal muncul dan aku (Nabi SAW) masih bersama kalian, maka akulah yang akan melindungi kalian darinya. Allah SWT adalah pelindungku dan setiap Muslim" (HR Ahmad dan Muslim).
Jelang kedatangan Dajjal, dunia dilanda kemarau panjang yang menyebabkan paceklik hebat. Banyak orang kelimpungan menahan haus dan lapar.
Makanan manusia yang beriman saat itu adalah apa-apa yang dilakukan oleh para malaikat, yakni membaca tasbih, tahlil, dan istighfar. Adapun orang kafir dan mereka yang imannya rendah akan meminta kepada Dajjal. Karena itu, Rasulullah SAW menyebut, fitnah Dajjal sebagai ujian terbesar bagi kehidupan orang yang beriman.
Kedua, Dajjal melarang pengikutnya untuk membunuh siapapun tanpa seizinnya.
Dajjal memperingatkan kepada pengikutnya untuk tidak gegabah membunuh. Sebab, yang punya "hak" membunuh adalah Dajjal sendiri. Pengikutnya hanya menjalankan perintah dari dirinya.
Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Abu Said al-Khudri, Rasulullah SAW diketahui bersabda, "Dajjal keluar, lalu datanglah seorang Mukmin untuk menemui Dajjal. Namun,dia tertangkap oleh para penjaga kediaman Dajjal."
Penjaga tersebut menanyakan kepada si Mukmin, "Kamu mau ke mana?"
Kemudian dia menimpali, "Aku mau menemui makhluk yang sudah keluar itu (Dajjal)."
"Apakah kamu belum beriman kepada tuhan kami?" tanya penjaga itu kepada orang Mukmin.
"Tuhan kami tidaklah samar," jawab si Mukmin.
Tiba-tiba dari sudut yang jauh ada yang mengungkapkan, "Bunuh saja dia!"
Sebagian menghalangi, "Bukankah tuhan kita (Dajjal) melarang kalian untuk membunuh siapapun tanpa seizinnya?"
Hadis di atas masih ada kelanjutannya. Si Mukmin lalu diajak menemui Dajjal. Lantas, ia berdebat panjang dengan Dajjal dan Dajjal yang kalah.
Tanpa sepengetahuan orang banyak, orang Mukmin tersebut dimasukkan ke dalam api. Lenyaplah sosok itu di hadapan Dajjal.
Selanjutnya...